"Prajurit wanita dan laki-laki muda tidak diperkenankan melakukan tugas rahasia bersama-sama. Apalagi tanpa dikawal." Senopati kebingungan berusaha mencegah niat Sekar Arum mengikuti Sembada. Ia sampaikan alasan itu sekenanya saja.
Nampak Sekar Arum tertunduk malu. Tak ada jawaban yang bisa ia katakan atas pernyataan senopati. Seolah lelaki itu tahu dirinya selalu ingin bersama Sembada kemanapun ia pergi.
Namun tiba-tiba terdengar jawaban dari luar balai kademangan, di balik remang-remang cahaya obor di halaman.
"Aku yang akan mengawal kepergian mereka. Aku juga ingin melihat sekuat apa pasukan yang dipersiapkan untuk menyerang kademangan ini." Demikian suara seorang wanita itu menyela.
Senopati menoleh keluar kearah datangnya suara. Ia tidak tahu suara siapa yang ikut nimbrung dalam perbincangan itu.
"Suara siapa itu ?" Tanyanya.
"Guru !!!" Sekar Arum berteriak. "Ia Nyai Rukmini, guruku." Lanjutnya, ditujukan kepada senopati yang menatapnya.
"Nyai Rukmini, Si Walet Putih Bersayap Pedang ?"
"Iya. Dia guruku."
"Baiklah, jika gurumu ikut bersamamu. Tadi aku tidak tega saja kau hanya berdua dengan Sembada."
"Bukan alasan yang masuk akal untuk dua prajurit yang sudah matang pikirannya."terdengar lelaki tua menanggapi.