Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bab 40, Cantrik Mang Ogel (Cersil STN)

22 Juli 2024   23:23 Diperbarui: 23 Juli 2024   14:26 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri

Sebentar kemudian terdengarlah dentang suara senjata beradu, dan teriakan-teriakan orang yang tengah bertempur. Begitu sampai tujuan para penjaga regol pesanggrahan segera menjeburkan diri mereka dalam kancah pertempuran. Mereka tahu bahwa kawan-kawannya yang ditugaskan mencari tambahan bahan makan dari desa-desa sekitar pesanggrahan  tengah dihadang oleh sekelompok orang.

Rupanya pertempuran itu terjadi dengan sengitnya, dan sudah berlangsung beberapa lama. Beberapa anggota pasukan golongan hitam nampak menggeletak di tanah. Belum diketahui apakah mereka sudah tewas atau belum. Namun mereka tak lagi mampu ikut melawan para penyerangnya.

Kelompok penyerang anggota gerombolan itu belum dikenal oleh Sembada dan Sekar Arum. Rata-rata ilmu kanuragannya setara. Usia merekapun masing-masing tak jauh terpaut banyak. Dari jenis senjata yang mereka pakai dan gerak ilmu kanuragannya, mereka tentu berasal dari satu perguruan.

Datangnya bala bantuan belasan orang dari gardu regol pesanggrahan membuat mereka kuwalahan.  Sejenak mereka terdesak dengan cepat. Namun karena masing-masing berilmu cukup tinggi segera saja mereka menyesuaikan diri. Gerak mereka semakin cepat dan keras, teriakan-teriakan mereka kian sering bergema di hutan itu.

Namun suara teriakan dan dentang senjata di medan pertempuran itu belum mampu terdengar para penghuni pesanggrahan.  Jarak tempat mereka bertempur masih cukup jauh, dan waktu sudah larut malam. Sebagian besar penghuni pesanggrahan tentu banyak yang telah tidur.

Sembada segera mempertajam pandangannya agar lebih mengenal kelompok pemuda yang menyerang anggota gerombolan itu. Hawa sakti Aji Tapak Naga Angkasa bergerak dari jantung menuju indera penglihatannya. Nampak para pemuda itu tangan kiri mereka memegang senjata semacam keris, namun bentuk bilahnya berlainan dengan keris pada umumnya. Sedang tangan kanan mereka membawa pedang.

"Tangan kiri mereka memegang senjata seperti keris, tapi bilahnya tidak seperti keris." Bisik Sembada kepada Sekar Arum.

Sekar Arum yang kebetulan juga tengah mempertajam penglihatannya, bahkan sekaligus meningkatkan daya pendengarannya dengan Aji Garuda Sakti, segera menyaut bisikan Sembada.

"Benar kakang. Dari bahasa yang mereka teriakkan,  mereka tentu orang-orang kulon,  jawa Barat, tepatnya Tanah Pasundan. Saya pernah ikut guru mengembara ke sana. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda. Aku kenal beberapa istilah yang mereka teriakkan, 'paeh siak', artinya 'mampus kau'." Jawab Sekar Arum.

"Jadi senjata yang seperti keris yang mereka pegang di tangan kiri itu tentu kujang. Aku ingat berbagai bentuk senjata kujang yang menghiasi dinding sanggar Ki Wangsa Jaya, saudagar kaya dari desa Wates itu."

"Apakah mungkin mereka para cantrik dari Gunung Halimun, murid-murid pendekar Bajang dari Pasundan, Mang Ogel ,  Kakang ?" Tanya Sekar Arum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun