Seorang prajurit penghubung yang dulu pernah hadir ke kademangan Maja Dhuwur kini datang lagi. Mewartakan kepada ki demang bahwa akan datang sekelompok pasukan Bala Putra Raja yang dipimpin senopati baru, Wira Manggala Pati.
"Wira Manggala Pati, senopati baru ? Aku belum pernah dengar namanya."kata ki demang menanggapi warta yang di bawa Ki Prana, prajurit penghubung itu.Â
"Iya Ki demang. Ia semula hanya pemimpin pengawal katumenggungan. Namun karena pengetahuan dan pengalamannya dalam perang gelar lebih mumpuni dibanding perwira prajurit yang lain, dialah yang diangkat Pangeran Erlangga sebagai Senopati."
"Baiklah, aku ucapkan terima kasih kepada Pangeran Erlangga telah berkenan membantu memperingan beban kami menghadapi serbuan golongan hitam itu."kata ki demang.
"Ada permintaan Ki Wira Manggala Pati saat nanti hadir di kademangan ini ki demang. Kecuali agar langsung dipertemukan dengan seluruh pimpinan pengawal. Beliau juga minta agar dipertemukan dengan Sembada, Sekar Arum dan Sekar Sari ki demang. Beliau ingin berkenalan dengan pemuda dan gadis-gadis itu." Â
"Hanya itukah permintaannya ? " tanya ki demang.
"Iya ki demang." Jawab Ki Prana.
Ki demang menyanggupinya. Prajurit penghubung itu lantas dijamu oleh ki demang dengan makanan dan minuman yang dibawa Sekar Sari di atas nampan ke balai kademangan.Â
Dua hari berikutnya datanglah sebuah rombongan orang-orang berkuda ke kademangan Maja Dhuwur saat tengah malam. Seorang lelaki tegap kekar berada di barisan terdepan di dampingi oleh Ki Prana, prajurit penghubung itu. Di depan gapura pintu masuk kademangan mereka disambut para pengawal.
"Kami datang sesuai janji. Apakah kami boleh langsung menemui ki demang ?" Kata Ki Prana.
"Iya Ki Prana. Ki demang sudah lama menunggu di balai kademangan, bersama para pimpinan pengawal masing-masing dusun di Maja Dhuwur. Lebih baik terus saja berkuda ke balai kademangan."saran para penjaga.