Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bab 39. Bertemu Ayah (Cersil STN)

17 Juli 2024   23:01 Diperbarui: 18 Juli 2024   08:14 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak ayahnya mengirimnya ke padepokan Cemara Sewu di lereng Gunung Wilis, kami tak pernah bertemu."

"Sembada tidak pernah bercerita tentang itu. Ia hanya bilang anak kabur kanginan, bocah terlantar. Jadi aku suruh tinggal di sini menemaniku, karena aku juga hidup sebatang kara."

Mereka yang bertamu ke rumah Mbok Darmi semakin memahami jatidiri Sembada. Terutama Handaka, ia semakin menyesal telah menuduhnya sebagai anggota komplotan berandal hutan Waringin Soban, Gagak Ijo.

Ketika matahari baru saja tenggelam di balik gunung di ufuk barat, lewat pintu halaman belakang Sembada datang. Ia langsung masuk dapur meletakkan ikan-ikan hasil tangkapannya di sebuah kuwali besar. Setelah menutup kuwali dengan cobek besar, ia segera ke pakiwan untuk mandi.

Ia agak terkejut ketika masuk ruang tengah rumah Mbok Darmi. Ada tiga orang yang telah dikenalnya. Langkahnya agak ragu-ragu hendak masuk ke kamarnya.

"Kalian datang kemari. Masihkah kalian marah padaku ?" Tanya Sembada sambil menatap wajah Sekar Sari dan Handaka.

"Tidak kakang. Mereka datang untuk minta maaf padamu."kata Sekar Arum.

"Minta maaf ? Kalian tidak salah. Akulah yang keliru selama ini. Tidak mau berterus terang kepada kalian. Bahwa sebenarnya aku anak angkat Mbok Darmi." Kata Sembada.

"Semua sudah terang benderang kakang. Mbok Darmi sudah banyak bercerita tentangmu." Kata Sekar Sari.

"Akulah yang layak memohon maaf padamu, Sembada. Sejak pertama kali mengenalmu aku telah berprasangka buruk padamu. Bahkan dengan sembrono aku menuduhmu sebagai mata-mata komplotan berandal Waringin Soban, Gagak Ijo." Handaka dengan ikhlas berkata.

"Itu semua karena sikap hati-hati tuan, jangan sampai keamanan Maja Dhuwur terganggu. Aku bisa memaklumi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun