"Aku nggak mengerti maksudmu ?"
"Ia memperkenalkan diriku kepada ibu angkatnya sebagai calon isterinya."
"Benarkah ?"
"Iya, tapi dengan tertawa cengengesan ia ngomong begitu."
"Apakah hatimu takut kehilangan dia ?"
"Takut kehilangan ? Mungkin iya. Saat dia bertempur dengan Singa Lodhaya hatiku sempat kawatir. Jangan-jangan ilmunya tidak mampu mengatasi ilmu macan galak itu. Tetapi ki Ardi alias kakek Kidang Gumelar yakin, kakang Sembada bisa mengalahkan Singa Lodhaya. Meski demikian aku masih ragu dan kawatir.
Apalagi saat bertempur di tengah guyuran hujan, kakang Sembada sempat terpeleset di tanah licin. Ia jatuh telentang. Saat itu Singa Lodhaya mengambil kesempatan. Ia meloncat hendak menerkam kakang Sembada dan merobek-robek tubuhnya dengan kuku-kuku bajanya yang tajam.Â
Aku menjerit mengingatkannya. Syukurlah ia bisa mengatasi kesulitan itu. Dan dapat mengakhiri pertempuran dengan melukai bagian dalam dada singa galak itu.Â
Harimau lodhaya itu akhirnya meninggalkan gelanggang. Hatikupun benar-benar gembira dia menang dalam pertempuran melawan tokoh sakti itu."
"Iyah. Kau takut kehilangan dia. Bahkan kau sangat bangga akan kemampuannya. Artinya ada benih cinta di hatimu padanya. "
"Gurupun selalu meledekku. Seolah ia mencoba mendekatkan hatiku kepada kakang Sembada dengan candaannya."