Sementara Handaka calon suami Sekar Sari juga tak tahu mengapa gadisnya begitu marah pada Sembada. Pemuda itu percaya pada penjelasan Sekar Sari, bahwa ia meluapkan amarahnya hanya karena telah dibohongi Sembada, pemuda pendekar yang dulu pernah ia curigai itu.
Demikianlah malam itu Sekar Arum menginap di rumah ki demang. Serba sedikit ia telah memberi tahu ki demang bahwa mereka telah berhasil mengambil tiga pusaka dari padepokan Lodhaya. Pusaka-pusaka itu adalah Songsong Tunggul Nada, keris Jalak saleksa dan Tombak Naga Kumala.
Ketiga pusaka itu telah mereka simpan di sebuah tempat yang belum bisa ia beritahukan kepada siapapun. Semata-mata demi keamanan pusaka itu.
Semua anggota keluarga mengangguk-anggukkan kepala. Mereka menyadari pentingnya keamanan tiga pusaka itu. Oleh karena itu tidak ada yang menanyakan keberadaannya lebih lanjut.
Beberapa hari Sekar Arum berada di rumah ki demang Sentika. Ia banyak mendapat cerita tentang Sembada. Sejak pemuda itu menolong para pengawal dari keroyokan anak buah Gagak Ijo di hutan Waringin Soban, hingga perannya yang menentukan dalam perang di padang ilalang dekat dusun Wana Asri.
"Kegiatannya sehari-hari saat Maja Dhuwur telah tenang adalah menjual kayu bakar. Setiap tiga hari ia mengirim kebutuhan kayu bakar ke dapur kita. Pertama ia kirim, kakang Handaka tahu. Ia sangat marah melihat Sembada." kata Sekar Sari suatu malam.
"Kenapa kakang Handaka marah padanya ?" Tanya Sekar Arum.
"Ia mencurigainya sebagai mata- mata komplotan Gagak Ijo. Keberhasilannya menyelamatkan kami di hutan Waringin Soban sudah direncanakan dengan komplotan itu. Agar ia tidak dicurigai saat masuk kademangan ini, untuk menjalankan tugas sebagai mata-mata."
"Apa tanggapan kakang Sembada dituduh  kakang Handaka dirinya berkomplot dengan Gagak Ijo?"
"Tentu saja menolaknya. Akhirnya mereka bertempur di halaman depan dapur. Kakang Sembada tidak memberinya perlawanan, ia hanya menolak menangkis dan menghindar dari setiap serangan kakang Handaka. Akhirnya pertempuran dihentikan uwak demang Sentika."
"Mungkin karena itu kakang Sembada selalu mengelak menyebut jatidirinya. Ia takut semakin dimusuhi oleh Kakang Handaka jika akrab kembali dengan Mbokayu Sekar Sari."