"Iya ayah. Bisa jadi ia menjaga agar hubungan kami dengan kakang Handaka tetap baik. Kita tahu kakang Handaka membenci dia. Jika aku menganggap sahabat seperti saat kami masih kecil, dia takut kakang Handaka tambah membencinya."
"Aku juga beranggapan semacam itu. Kita telah memposisikan dia pada kedudukan yang sulit. Kepada warga Maja Dhuwur terpaksa ia harus berpura-pura."
"Iya ayah. Kami akan menemuinya untuk minta maaf."
"Aku ikut jika kalian pergi kesana." Kata Sekar Arum.
Demikianlah, pada sore harinya, mereka bertiga berkuda pergi ke dusun Maja Legi. Warga Majalegi yang kebetulan berpapasan dengan mereka heran, ada dua gadis kembar bersama Handaka. Mereka tidak bisa membedakan, karena keduanya berpakaian kembar pula.
Handaka hanya tersenyum-senyum melihat semuanya. Dia sendiri juga agak bingung membedakan keduanya, mana Sekar Sari mana Sekar Arum. Meski beberapa hari Sekar Arum tinggal di kademangan.
Ketika mereka tiba di rumah Mbok Darmi, hanya ada wanita tua itu. Sembada pergi ke sungai mencari ikan. Mbok Darmi memandangi dua gadis yang telah duduk di amben bambu di depannya. Sungguh iapun tak dapat membedakan.
"Ya ampuuun. Dua bidadari datang ke sini. Aku tak dapat membedakan sama sekali, mana Sekar Sari dan mana Sekar Arum" kata Mbok Darmi.
Kedua gadis itu hanya tertawa.
BERSAMBUNG
Â