Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 20 Penjajagan Ilmu Lagi (Cersil STN)

31 Maret 2024   22:03 Diperbarui: 2 Juni 2024   14:06 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sembada mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti maksud teman ki demang berkata begitu. Ia lantas memandang ki demang, dengan tatapan mata bertanya tanya. Ki demang tanggap dan menyampaikan maksud kehadirannya bersama lelaki di sampingnya bertemu kepadanya.

"Sembada ketahuilah. Tamuku ini adalah punggawa kerajaan Wura wari. Beliau adalah Tumenggung Pragolapati. Ia telah mengalahkan aku dalam perang tanding. Sebagai taklukan terpaksa aku berkata jujur, bahwa pendekar bercambuk yang ikut campur tangan dalam perang beberapa hari lalu adalah kau. Beliau tersinggung bahwa kau telah memporak porandakan pasukan yang dipimpin sekutunya. Ia datang menantangmu berperang tanding"

"Benar anak muda. Aku Pragolapati, seorang punggawa kerajaan Wura wari. Pangkatku tumenggung. Aku dengar laporan telik sandi, kau mengacaukan pasukan Gagakijo, dengan cambuk saktimu. Aku datang hendak merampas senjata saktimu, karena senjata itu membahayakan bagi keamanan kerajaan wura wari."

Sembada benar benar heran, keadaan ini tidak diperkirakannya. Ia melongo sesaat, tak percaya apa yang baru didengarkan.

"Ki demang tidakkah ini hanya gurauan ? " tanyanya.

"Tidak Sembada, tuan Pragolapati benar benar ingin merampas cambuk nagageni yang kau miliki" jawab ki demang.

"Bersiaplah kau anak muda.  Melawan atau tidak melawan akibatnya akan sama. Kau akan aku bunuh, dan cambuk nagagenimu akan aku rampas"

"Baiklah kisanak yang gagah dan perkasa. Cambuk nagageni boleh kau miliki jika kau telah mampu mengambil nyawaku. Jangan salahkan aku jika nyawamu sendiri yang akan lepas dari ragamu di sini"

"Jangan membual. Kita buktikan di arena "

Senopati Narotama yang bersembunyi dengan nama baru Pragolapati, seorang tumenggung kerajaan Wura wari, melangkah maju.  Sejak benturan pertama ia menghendaki pertempuran bersenjata.  Lelaki itu mencabut pedangnya, nampak bilah pedang kemilau tertimpa sinar rembulan.

Sembada segera mundur mencari posisi yang nyaman bagi dirinya. Iapun segera melepas cambuknya yang melilit di pinggangnya. Ketika tangkai cambuk telah di tangannya, segera ia lecutkan. Terdengar bunyi ledakan yang dahsyat memekakkan telinga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun