"Aku kira tidak ada rahasia apa apa. Sambaya. Kau bisa datang menyaksikannya." kata Sembada pelan.Â
Ia yakin ki demang tak akan mengajaknya bertempur lagi. Sehingga Sambaya tak akan tahu tingkat ilmunya. Mungkin ada hubungannya dengan Sekarsari yang ilmunya meningkat pesat setelah bertemu orang misterius berkostum seperti pendekar bercambuk. Ki demang pasti sudah tahu, bahwa orang yang hadir dalam peperangan di padang ilalang itu adalah dirinya. Jika ki demang menanyakan hal itu ia tidak akan mengelak. Meski ia dianggap lancang mencampuri urusan dalam perguruannya.
Namun Sambaya mempunyai perkiraan yang berbeda dengan Sembada. Ia mengkaitkan kehadiran Senopati Narotama dengan permintaan ki demang ingin bertemu Sembada di tanah lapang selatan rawa pandan di dusun Majalegi. Pasti ada hubungannya dengan jatidiri Sembada, yang ia curigai sebagai tokoh yang hadir dalam peperangan di padang ilalang. Tak ubahnya dengan kehadiran dia di arena pertempuran di hutan Wringin Soban. Kali ini kehadiran dia di medan perang yang besar pasti sudah terlihat prajurit sandi, dan menjadi bahan laporan untuk Senopati Narotama.
Sambaya semakin tertarik untuk menyaksikan pertemuan itu. Ia akan mengajak Kartika bersamanya nanti malam.
"Benarkah kau mengijinkan aku melihat pertemuanmu dengan ki demang.?"
"Iya. Tapi kau jangan memperlihatkan diri. Karena ki demamg tentu tidak berkenan."
"Terima kasih Sembada. Â Kau bisa melanjutkan mencari ikan. Aku pamit pulang mengembalikan kuda ki bekel"
"Kuda ki bekel banyak. Jual saja itu, pasti ia tidak tahu" kata sembada bergurau.
"Hahaha nanti saja kalau aku butuh biaya nikah."
"Hahaha. Terima kasih atas jerih payahmu kesini"
Sambaya segera melarikan kudanya. Ia tidak mengembalikan kuda itu ke rumah ki bekel, tetapi ke dusun Jambu menemui Kartika. Â Nanti malam ia akan melihat apa yang terjadi bersamanya.