Mereka yang mendengarnya memandangi gadis itu dengan heran. Â Seolah menunjukkan nama pemuda itu menarik perhatian gadis itu. Â Gadis itu nampak agak tersipu, namun ia melanjutkan ucapannya kepada Sembada.
"Aku pernah mengenal nama itu di dalem Katumenggungan. Nama anak emban pamomongku Nyai Kenanga, suaminya bernama Paman Wirapati adalah Peminpin pasukan pengawal katumenggungan Gajah Alit."
"Aku anak janda miskin dari Majalegi, Nini Sekarsari."
Gadis itu agak kecewa. Â Ia masih menatap wajah anak muda di depannya yang tertutup caping bambu.
"Kalau begitu saya mohon pamit Ki Demang. Â Maafkan saya jika karena saya terjadi keributan di sini."
"Bukan salahmu. Â Anakkulah yang sembrono memulainya. Â "
Ketika Sembada balik badan hendak melangkah pergi, Sekarsari memanggilnya.
"Ki sanak, harga kayumu belum aku bayar. Â Ini uang untuk membeli kayumu." Â Ia mengulurkan uang sambil melirik wajah di balik caping itu. Â
Sembada menerimanya dengan memegangi capingnya dan menariknya ke bawah, agar wajahnya tertutup dari tatapan mata gadis itu.
Bendo, 24 Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H