Sembada melingkarkan cambuk di pinggangnya. Â Iapun lantas mengambil tongkat bambunya. Â Ia ingin segera sampai di rumah Kakek Narto. Â Dengan ilmu peringan tubuhnya ia berlari.
Sekejab saja ia telah sampai di depan rumah Kakek Narto. Â Orang tua itu sedang membakar ketela pohon di depan rumah, sambil menunggu kedatangan Sembada.
Tahu anak muda itu keringatnya deras sekali mengucur, segera kakek Narto mengambil kendhi di dapur. Â Ia berikan kendhi itu kepada Sembada. Â Sembada segera mengucurkan air dalam kendhi itu ke mulutnya.
"Dari mana angger sampai berkeringat bercucuran ?"
"Aku baru saja bertempur dengan anak buah Gagakijo. Â Mereka mengeroyokku. Â Semuanya enam orang."
"Enam orang ? Â Dan angger tidak cedera apa-apa ?"
"Mereka melarikan diri. Â Kecil juga nyalinya."
"Melarikan diri ? Â Enam orang itu ?" Â Tanya kakek Narto sambil geleng-geleng kepala.
"Kenapa mereka mengeroyok angger ?"
"Mereka mau minta kembali hadiah yang aku dapatkan memenangkan pertandingan di Sambirame."
"Angger ikut naik panggung ?"
"Iya Kek. Â Aku menang, juara satu."