"Namaku Sembada, dari dusun Suwaluh."
"Dia Sembada, dari dusun Suwaluh. Â Juara pertama pertandingan. Â Ia berhak mendapat hadiah sekampil penuh keping perak."
Sekali lagi suara bersorak memenuhi udara di tanah lapang itu.
Sejenak kemudian tiga orang sudah berdiri berderet di panggung. Â Juara satu, dua dan tiga akan menerima hadiah mereka. Â Sembada tetap dengan tutup wajahnya.
Seorang lelaki tinggi kekar dengan jambang di wajahnya naik panggung. Â Ialah yang menyerahkan hadiah kepada para pemenang. Â Orang itu lelaki yang sudah dikenal Sembada.
"Gagakijo  !!" Desah Sembada dalam hati.
Lelaki itu memandangi Sembada dengan tajamnya, namun mulutnya tersenyum.  Ia nampak senang  dan bangga atas kemenangan pemuda Suwaluh itu.
"Apakah kau tidak membuka tutup wajahmu. Â Agar para penonton tahu siapa dirimu."
"Tidak tuan, saya malu membuka tutup wajah. Â Sebenarnya wajahku sangat jelek sekali."
"Hahaha, tapi kau hebat sekali anak muda. Â Kelihatannya ilmumu sudah matang. Â Jika kau mau lawanmu bisa kau kalahkan dalam tiga jurus gerakan."
"Aaah tuan terlalu memuji. Â Aku tidak memiliki ilmu setinggi itu. Â Kemenangan ini hanya kebetulan saja."
Lelaki itu tertawa. Â Ia tidak memaksa Sembada membuka wajahnya. Â Iapun lantas membagi-bagikan hadiah kepada ketiga pemenang dalam pertandingan itu.