Kalimat bibi tadi kembali berdengung. "Sebelum koma dia meminta ibu menyampaikan permohonan maafnya, dia bilang, mungkin tidak bisa menepati semua janjinya padamu."
Airmataku mengalir. Semakin deras. Ini tidak benar. Bukankah harusnya kami bertemu tahun ini. Bukankah dia akan menemaniku menonton konser. Menemaniku berlibur ke banyak tempat yg sudah kami pilih. Bukankah, bukankah... aku menangis, semakin keras. Hingga dadaku sesak.
"Kami pikir dia hanya tidur, tapi ternyata dia memilih untuk tidak bangun."
Ponselku berdering, aku hanya melirik sekilas. Puu. Dia pasti khawatir, sejak tiba aku belum memberinya kabar.
"Kamu udah tiba kan nin? Aku udah hubungi cia, besok pagi dia jemput kamu di hotel."
Aku menghela nafas, tak lagi tertarik dengan gath tahunan fandom.
Tunggu. Tanganku berhenti di kolom pesan. Tidak mungkin. Aku masih memiliki pesan darinya. Tanganku bergetar. Sepertinya pesan tunda, ia sengaja menset agar aku menerimanya hari ini.
"Aku mencintaimu. Maaf, harusnya aku mengatakan ini sejak awal."
Aku kembali terjatuh. Airmata yg tadi sempat mengering tak bisa lagi kuakali. Bagaimana mungkin dia meninggalkanku seperti ini.
Will you be alright?
Without a person to argue with