Oh My God, mama menyelamatkanku, membangunkan aku dari mimpi buruk tadi. Mimpi buruk ya? Iya, karena di usiaku yang belum genap sweet seventeen, akan menikah, meskipun itu dengan sang Pangeran gagah tampan rupawan. Nggak mau ah, aku kan masih ingin sekolah dan mengejar cita-citaku dulu. Ntar kalau aku punya anak, lalu aku nggak bisa kemana-mana. Ogah ah.
"Mah, dulu mama menikah usia berapa?" tanyaku tiba-tiba.
"Loh, kenapa nanyanya begitu? Tadi malam mimpi apa? Mama menikah usia 25 tahun. Sudah bekerja dan papa usia 27 tahun sudah bekerja pula." jawab mama. Aku tersenyum dan hanya menjawab tidak ada apa-apa. Aku beranjak dari tempat tidur dan segera mandi. Saatnya berangkat sekolah.
***
Saat di sekolah telah ramai. Kelasku di ujung sana. Aku memarkir motorku, ada suara lembut dari arah belakang.
"Dayu..."
"Hah? Kok Dayu?" batinku. Suara itu berasal dari Khafi kakak kelas XII. Tapi dia bersikap cuek dan segera berlalu dari sisiku. Hei, aku Fani bukan Dayu. Oh, jangan-jangan... Khafi itu jelmaan sang Pangeran Gagah Tampan Rupawan. Hiii... buluku begidik.
Aku kan Fani, gadis berusia belum genap sweet seventeen, masih kelas XI, bercita-cita tinggi ingin menjadi dokter, tidak ingin menikah muda sebelum tercapai cita-citaku.
Criiing...! Masih ada satu mantra lagi dari sepuluh mantra yang telah kupakai tadi malam. Aku simpan, untuk sang Pangeranku yang asli, bukan sang Pangeran burung camar seperti tadi malam. Hem, aku tersenyum. Kelasku telah ada di depan mata, aku masuk kelas. Jam pertama mata pelajaran matematika, pelajaran favoritku.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H