Loh, kok dia bisa melihatku? Aku membalasnya dengan senyuman manis, "Selamat pagi camar yang baik. Bagaimana kabarmu?"
Serta merta sang burung camar menjelma menjadi sang Pangeran yang gagah tampan rupawan. Aku memandangnya sambil terhenyak. Sedikit kaget. Terlebih lagi, tatkala tiba-tiba sebuah perahu itu menjadi sebuah kapal besar yang indah bertabur kilau-kilau permata. Inilah yang kuinginkan. Berada di dunia antah berantah. Indah banget, seruku dalam hati.
Aku mulai menyelidik ke segala penjuru kapal besar nan indah bertabur kilau-kilau. Takjub. Bagai di sebuah istana yang megah dengan segala atribut dan assesorisnya, tata interior yang indah, dengan lampu-lampu megah di atas langit-langit kapal.
Banyak orang simpang siur. Setiap mereka berpapasan denganku, mereka menganggukkan kepala dengan sedikit membungkukkan badannya. "Selamat pagi tuan Putri." Begitu kata mereka.
Aku? Tuan Putri? Jadi di sini aku sebagai Tuan Putri? Lalu kutengok ke belakang, beberapa dayang-dayang mengikuti. Mereka semua cantik dengan gaun warna pink berenda. Sedangkan aku, memakai gaun berenda warna putih gading berbahan sifon lembut. Gaunku banyak bertabur permata yang mengkilat hingga menyilaukan mata bagi siapa saja yang memandangnya. Aku, sang Putri, tercantik diantara yang cantik. Tapi, ada sesuatu yang lupa. Kemana sang Pangeran? Aku mencari sang Pangeranku.
"Pangeranku mana, Sonia?" tanyaku pada salah satu dayangku. Entah kenapa, tiba-tiba aku tahu nama dayangku yang paling imut itu. Aku suka padanya, wajahnya lembut bermata sayu biru.
"Sang Putri, Pangeran ada di ruang sebelah sana. Sepertinya sedang ada meeting dengan sang Raja."
"Kok kamu tahu? Apakah Pangeran bilang padamu?"
"Loh, bukankah tadi sang Pangeran bilang pada Tuan Putri? Sudah lupa?"
"O, iya, aku lupa. Lalu aku sekarang harus apa? Apa kita buat permainan baru?"
"Aduh, Tuan Putri nggak boleh capek, itu pesan sang Pangeran. Tuan Putri harus nurut."