Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Saat Akupun Menghilang!

23 September 2018   20:38 Diperbarui: 23 September 2018   20:50 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayah, aku ingin segera menikah dengan Tuan Putri Dayu. Apakah ayah mengijinkannya?" Lamat-lamat suara itu semakin jelas terdengar di telingaku.

Jadi, namaku Tuan Putri Dayu? Hem.

"Ayah mengijinkan. Kita akan membuat pesta yang sangat meriah di atas kapal ini. Semua akan kita kumpulkan dan kita berpesta. Sang Ratu, mama kamu, pasti juga setuju. Bukankah sang Ratu sangat menyenangi sebuah pesta?"

Aku yang berada di balik ruangan mendengar berita itu, merasa senang dengan hati yang berdegup. Akan ada pesta pernikahan antara aku dan sang Pangeran. Dan itu di gelar dengan mewah. Wah, aku belum bisa membayangkannya. Pasti sangat meriah.

"Baiklah ayah, segera aku kumpulkan pegawai istana kapal dan mengadakan meeting segera, untuk membahas pesta besok."

Ha! Apa? Besok? Aku terkaget! Besok? Cepat sekali? Yah. Nggak mau ah, aku belum siap, bahkan aku belum pernah berbincang lama dengan sang Pangeran. Hanya tadi, ketika aku baru sampai di tempat ini dan dia mengucapkan selamat pagi.

Kuberanikan diri, aku keluar ruangan persembunyian untuk menemui sang Pangeran. Sang Pangeran kaget, memandangi sambil terbengong.

"Loh, kok dinda Dayu di sini?" Aku yang dipanggil dinda Dayu oleh sang Pangeran, tersipu malu. Sungguh, sapaan itu, membuat pipiku memerah.

Raja dan dayang-dayang segera menyingkir. Mereka tahu diri, memberi waktu dan ruang padaku dan sang Pangeran untuk berbincang.

"Kanda, tadi aku mendengar pembicaraan Kanda dengan ayahanda. Aku rasa terlalu cepat bila pesta itu diadakan besok pagi. Aku belum siap Kanda."

Sang Pangeran nampak serius mendengarkan bicaraku. Lalu iapun menjawab dengan serius pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun