Mereka saling berpandangan dan berpikir. Tiba-tiba Annisa menyebut nana Kak Smitt.
"Ahaa....sepertinya Kak Smitt bisa membantu kita Ameera!" tukas Annisa sambil tersenyum penuh harap.
Tak lama kemudian Kak Smitt datang. Dia memakai baju koko dan peci hitam dengan sajadah selalu teruntai dibahunya.
"Kak, apa ada mendengarkan lowongan pekerjaan?" tanya Nisa sambil menyeret kakaknya duduk bersama.
Smitt menyeringitkan keningnya dan seperti memikirkan sesuatu. Suasana terasa hening.
"Annisa mau kerja?" Smitt mengangkat dagu adeknya memandang penyh kasih sayang.
"Tidak Kak. Ameera yang membutuhkan ini. Ameera ingin bekerja membantu orang tuanya", jawan Annisa.
Smitt hanya mengangguk-angguk dan sepertinya dia merasa kagum pada anak yatim piatu yang malang ini. Sesekali dia memandang Ameera sambil tersenyum.
Permintaan Annisa membuat Smitt berpikir. Dia merasa Ameera lagi butuh bantuannya.Sepanjang malam, dia membayangkan wajah Ameera.
Keesokkan harinya, seperti biasa Smitt sholat berjamaah ke mesjid di ujung rumahnya. Sepankang jalan, pandangannya tak pernah alfa melirik ke sisi kiri dan kanan. Dia berharap ada lowongan pekerjaan untuk Ameera.
Sepulang sholat, pandangannya terhenti di satu tempat. Ada tulisan yang menggoda pandangannya.