Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Barang Titipan

26 Agustus 2020   14:20 Diperbarui: 26 Agustus 2020   14:25 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam pun Kami lewati dengan berlayar di lautan bunga yang mewangi. Bagaikan bertemunya bunga mawar dengan kumbang yang lama tidak berkunjung. Mawar pun menyerahkan semua madunya pada sang kumbang.

***

Sayup-sayup suara adzan awal membangunkanku. Pelan Aku menurunkan tangan kanan suamiku yang memeluk pinggangku. Masih jam tiga pikirku. Kubiarkan suamiku melanjutkan istirahatnya setelah lelah mendayung rasa. Sementara Aku segera beranjak ke kamar mandi.

Setelah shalat tahajud dan berdo'a, Aku meraih kitab hadits yang kemarin kubaca. Aku kembali membuka halaman yang sama dan membaca lagi. Kudekap kitab hadits itu dan memohon, "Ya Allah yang membolak-balikkan hati, berilah ketenangan dan kesabaran pada suamiku. Berilah hamba-Mu ini kekuatan saat menyampaikan kabar pada suamiku."

Beberapa menit sebelum adzab subuh, Aku bangunkan suamiku.

Karena mesjid di perumahan ini lumayan jauh dan sepi karena masih banyak rumah yang belum dihuni, suamiku jarang sholat Subuh di masjid, rutin ke masjid kalau shalat Maghrib dan Isya.

Selesai sholat berjama'ah, suamiku yang jadi imam berbalik, Akupun mencium tangannya. Biasanya Kami lanjutkan dengan tadarus, membaca al-Quran. Tapi kali ini, masih dengan memegang tangannya, Aku berkata lirih.

"Bang, ada yang ingin Aku bicarakan."

"Oh ya, apa De?" Suamiku melepaskan tanganku dan membetulkan pecinya.

"Bang ..., sekiranya ada orang yang menitipkan sesuatu pada kita, lalu orang itu hendak mengambil kembali, bolehkah kita menolak mengembalikannya?" Aku memandang mata suamiku.

"Kamu ini bicara apa De? Kirain mau bicara apa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun