Dari tempat ini suara hujan berpadu dengan dinding terbelah buaian angin. Hanya beberapa langkah dari tempatnya bekerja. Seakan Tio tak ingin beranjak sebelum gadis itu mengangkat telpon dan bicara padanya.
Penantian terbingkai hujan, kiranya hal yang begitu didamba. Seakan kesunyian terbayar dengan nyanyian penuh kerinduan. Rindu akan harapan sebuah kepastian.
"Tuut.... tuuut...."
Getar gawai kembali terurai. Ratri. Suara lembut itu hadir kembali.
"Maaf lama ya."
"Tak mengapa."
"Kau masih menungguku?"
"Tentu."
"Lalu?"
"Lalu bagaimana tentang kita?"
"Tentang kita bagaimana? Aku lupa. Cobalah kau ulangi agar aku lebih mengerti."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!