Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerita Tentang Hujan] Membingkai Hujan

8 Februari 2020   22:39 Diperbarui: 8 Februari 2020   22:37 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : hipwee.com

"Hah! Aku bukan penjaga stasiun tau."

"Hahaha terserah kau yang penting aku datang lewat sini. Tak ada jalan lain. Kau mengerti?"

Bayang Ratri perlahan menghilang dibalik kerumunan. Tio semakin tak mengerti. Rasanya seperti mimpi. Gadis itu begitu penuh teka teki. Namun Tio tetap menaruh hati.

***

Hari berganti hari, minggu hingga bulan berlalu. Tio tak pernah letih menunggu. Ini bulan Februari. Saat hujan tak jua terhenti. Di Selatan Balairung Tio kerap menanti. Sapaan sang penawan hati. Ratri.

Tempat ini begitu berarti. Suara lembut Ratri begitu jelas di tempat Tio berdiri saat ini. Semua terasa begitu dekat. Meski tak saling bertatap.

Maklum sinyal begitu susah didapat. Apalagi jika sampai di rumah tetiba lenyap. Jadilah tempat ini menjadi tempat yang tepat. Apalagi berteman hujan menambah riuh hingga tak terasa penat.

Bagi Tio hujan adalah lambang kesetiaan. Untaianya mengandung makna mendalam. Setiap butir penuh dengan selaksa cerita. Ketika jatuh dari langit ada gurat bahagia. Tak putus hingga menyentuh semesta.

Begitu pun Tio yang kerap menunggu dalam resah hati. Jikalau hujan hadir seakan bahagia mengiringi. Hingga suara lembut kembali menyapa dari seberang gawai. Gundah seketika sirna terganti harap segera tercapai.

Rupanya Tio ingin berlama lama mengurai cerita pun canda. Namun dia tak bisa egois begitu saja. Gadis itu hanya memiliki waktu sebentar saja. Dia harus menunaikan kewajibannya.

Ratri, gadis yang pernah sekali berjumpa namun melekat dihati tak hanya sesaat hadirnya. Dia merawat ibunda yang sakit beberapa waktu cukup lama. Kiranya Tio harus rela menunggu hingga Ratri kembali menyapanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun