"Kau bereskan lagi gudang itu setelah kau acak-acak." Teriak seorang mamak dari balik kaca sedang memasak untuk makan malam.
"Iya, Mak!" teriak Radit membalas.
Laki-laki itu kemudian bergegas menuju lantai dua, tepat dimana kamarnya berada.
"Aah!! Ketemu!" ucap Radit kegirangan bak menemukan harta karun flaying ducman. Setelah membuka kotak itu dan melihat isinya satu persatu, tangannya berhenti di sebuah kertas warna warni dengan tulisan tangan yang tidak rapi.
Itu adalah setumpuk surat dari Sekar yang masih ia simpan. Dan bukan hanya surat tapi ada juga sebuah cincin berwarna ungu serta bungkus permen mint yang pernah Sekar berikan kepadanya.
Sedang asik berjelajah dalam lembaran-lembaran surat, tangannya berhenti bergerak dan nafasnya terjeda sekejap saat melihat sepotong kertas berukuran kecil yang nampak usang, terlihat sebuah gambar dirinya dan seorang perempuan mengenakan pakaian olah raga. Itu adalah Sekar ketika duduk di bangku kelas 6, nampak lugu dan polos dengan rambut di kepang dua.
Bayang-bayang masa lalu itu semakin bergelayut dipikiran Radit, bibirnya tak henti tersenyum tatkala mengingat kembali masa itu.
"Kakak! Cepat turun kalau nggak mau aku habiskan jatah makan mu!" teriak seorang perempuan dari balik pintu memecah imajinasi liar Radit.
Berbeda dengan Radit, Sekar justru sudah terlelap tidur dan berjelajah dalam mimpi, bahkan tanpa sempat melepas sepatu. Tertelungkup dengan wajah terbenam dalam pelukan guling.
Sekar dengan Hoodie hitam topi hitam sepatu dan celana berwarna hitam berjalan perlahan menikmati udara pagi yang masih sejuk. Ini bukan tema Halloween tapi begitu gaya perempuan yang sebentar lagi akan berusia 30 tahun itu.
Baru 10 menit nafasnya sudah hampir putus, maklum saja, sudah lebih dari 2 bulan dia malas gerak meski hanya menuruni tangga depan apartemen.