“Iya, Bu…” Kata Laura malu sambil menutupi wajahnya dengan buku. “Dasar Bu dosen centil…” Omel Laura.
“Hihihi…” Beberapa teman tertawa cekikikan termasuk Deasy.
“Ih, ga SK lu!” Omel Laura.
******
Laura keluar dari kelas dan masih memasang wajah kebingungan. Sahlan dan Dio mengantar mereka pulang bersama? Bagaimana caranya? Lalu, Laura membayangkan kepala Laura menggantung di jendela mobil Dio, sementara kakinya berada di atas sepeda motor Sahlan menggantung. Auw! Tiba-tiba callouts-nya pecah karena kedatangan Sahlan.
“Ayo…” Sahlan menarik tangan Laura. Laura hanya menurut saja. Ternyata sepeda motor Sahlan masih terparkir di pos satpam.
“Kok masih di situ? Kamu ga disiplin ihh… Padahal khan seharusnya parkir sepeda motor di sana. Bukannya di pos satpam. Aku aja kalo parkir pasti musti jauh-jauh dulu ke sana. Bedanya aku sama kamu apa coba?” Omel Laura.
“Bedanya aku sama kamu?” Tanya Sahlan tersenyum. “Adalah… Aku cowok, kamu cewek.” Sahlan tertawa dan melanjutkan perkataanya lagi sambil berjalan mengarah ke pos satpam. “Lagian, makanya Pak Satpam itu mau aja mungkin karena aku anak donatur kampus ini kali ya?” Kata Sahlan membuat Laura tertegun sejenak.
“Abang… Kok sombong sich?” Kata Laura pelan. Sekarang mereka berdua sudah sampai di pos satpam. Sahlan memandangi Laura dengan merasa sangat malu akan perkataannya tadi.
“Maaf…” Kata Sahlan tak kalah pelannya.
Tiba-tiba, ada seseorang yang memanggil-manggil dari arah kejauhan. Dan ternyata itu adalah Dio.