“Huuuaaawwww!!! Kangen banget tauuu!!! Jepit jemuran!” Ejek Laura. Jepit jemuran memang ejekan Dio dari Laura sejak kecil. Karena Dio dulu sangat menakuti jepit jemuran apalagi kalau Laura jahil dan menjepitkan jepitan jemuran di hidung Dio. Dio pasti akan menangis dan berlari-lari pulang ke rumah menyuruh Mamanya untuk mencabutkan jepitan jemuran yang bersarang di hidungnya.
“Idiihh… Badung!”
Mereka bertiga berjalan menuju ruang tamu dan duduk bersama di ruang tamu. Mama mengisyaratkan Laura untuk membuatkan minuman tetapi pada dasarnya Laura malas, terpaksa Mamanya yang membuatkannya.
“Bawa oleh-oleh apa?” Tanya Laura matre.
“Ga ada…”
“Pulang!!!” Kata Laura otomatis karena memang begitulah gayanya berteman dengan Dio sejak kecil. Dio hanya geleng-geleng kepala.
“Ada nih…” Dio menunjukkan sebuah kotak dari dalam tasnya. Laura dengan sigap membukakan kotak itu. Tetapi wajah cerianya berubah sedih.
“Se… Sepatu ballet???” Laura tertegun.
“Iya… Bukannya kamu masih suka menari ballet…?” Dio kebingungan karena ternyata wajah Laura sedih bukannya senang.
“Aku udah engga menari ballet lagi sejak 10 tahun yang lalu.”
“LHO?!” Dio terkejut.