Mohon tunggu...
Rico Nainggolan
Rico Nainggolan Mohon Tunggu... Wiraswasta - quote

hiduplah layaknya bagaimana manusia hidup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Sepi Aktivis yang Tidak Terbeli

13 September 2023   13:43 Diperbarui: 13 September 2023   13:57 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku cemburu pada pasir putih danau toba

Yang kau perbolehkan memeluk dan mencium tanganmu.

Aku juga ingin menjadi pasir, 

yang bisa menempel diantara jari-jari kaki dan tanganmu"

Danau Toba, 9 September 2012

Namaku adalah Usep, hari ini 09 September 2012, tepat 4 bulan setelah pengumuman kelulusan Sekolah Menengah Atas. Sore itu, sekitar pukul 16.49 Wib, seperti biasa aku baru melakukan pemanasan sebelum menikmati senja sore itu dengan berlari-lari menyusuri tepi jalan raya menuju pantai Danau Toba. deretan langkah kakiku diiringi dengan bisingnya rentetan deru  kendaraan dan udara yang kuhirup pun agak sedikit menyesakkan dada. ditambah lagi dengan kerinduan kepada Uli, seorang gadis desa yang aku kagumi dan aku dambakan, namun hingga kami lulus sekolah dan dia pergi melanjutkan pendidikannya, hal itu tidak pernah aku utarakan kepadanya.

Aku adalah seorang anak yang dibesarkan dari keluarga yang sederhana, dengan Ibu seorang Pengajar dan Bapak sebagai seorang karyawan swasta dengan ekonomi yang tidak kekurangan dan juga tidak lebih. Sebagai anak pertama dari 4 orang bersaudara, rasa tanggungjawab sebagai laki-laki adalah naluri yang lahir secara alamiah dalam diri saya. 

Sehingga pada saat itu saya memutuskan untuk langsung bekerja. Setelah beberapa kali melempar lamaran ke beberapa hotel di kawasan Danau Toba, akhirnya saya dipanggil untuk interview disalah satu hotel milik TNI Angkatan Laut dan menjalani masa training selama 3 bulan. Dengan upah 500.000 ribu rupiah selama 3 bulan, saya berhasil melewati dengan baik dan kemudian menempatkan saya di posisi yang lumayan "enak" untuk semua karyawan hotel. Lingkungan kerja yang bersahabat dan pengalaman baru yang saya dapat selama bekerja membuat saya semakin nyaman dengan posisi ini dan tidak mengetahui seperti apa kehidupan disisi yang lain.

Namun pada April 2014, semuanya berubah ketika saat itu adalah masa penerimaan PK.Bintara Angkatan Laut. Dimana sejak masa SMA, menjadi Tentara adalah hal yang saya mimpikan. Dengan tekad dan latihan selama ini, dan atas seijin Manager Hotel tempat saya bekerja, saya berniat melamar TNI. Sembari mempersiapkan segela berkas administrasi dan telah mendapatkan ijin dari Manager, saya semakin semangat menjalani pekerjaan saya. Hingga tiba pada suatu jumat pagi, kala itu adalah jumat bersih dimana semua karyawan harus melakukan gotong royong. Dan dihadapan masyarakat umum dan seluruh karyawan hotel, si manager melakukan sesuatu hal yang saya anggap telah mempermalukan saya dihadapan umum dan menurunkan harkat dan martabat saya sebagai seorang manusia. Tanpa pikir panjang, saya putuskan untuk meninggalkan pekerjaan saya dan menemui Kepala Departemen saya untuk menjelaskan akar permasalahan dan sembari pamit kepada semua rekan kerja. Awalnya itu adalah hal yang sangat berat bagi saya mengingat posisi nyaman yang telah saya jalani selama kurang lebih dua tahun bekerja di hotel tersebut. Ajakan dan tawaran agar tidak meninggalkan pekerjaan adalah hal yang membuat saya dilema,tapi saya telah membulatkan tekat untuk meninggalkan pekerjaan itu.

Pada akhir bulan April di tahun 2014 itu, pendaftaran penerimaan TNI AL telah dimulai, dan saya memutuskan untuk berangkat menuju Lantamal I Belawan. Saat itu, teman saya yang memiliki harapan dan mimpi bisa menjadi seorang tentara adalah seorang pria kelahiran Samosir bernama Hatoguan Simbolon. Mulai dari berangkat dan menjalani beberapa Tes serta tempat tinggal kami sama. Namun, sepertinya kami juga harus menerima kegagalan yang sama pada Tes Psikotes kedua. Dengan berat hati, kami harus mengubur mimpi kami dalam-dalam, sebab kesempatan itu adalah kesempatan terakhir untuk usia kami. Togu, begitu biasa saya memanggilnya, memilih untuk pulang kekampung halamannya dan saya memutuskan untuk menemui teman-teman saya di Medan sembari bermain, karena saya memang tidak pernah ke Medan sebelumnya.

Teman saya yang telah lebih dahulu menginjakkan kaki di medan sejak tamat SMA itu adalah Swandry Pasaribu dan Buntora Sinaga. Mereka lebih memilih kuliah sejak tamat SMA. Setelah memberitahu mereka bahwa saya akan berkunjung ke tempat merka, kami berjanji disatu tempat dan mereka menjemput saya dari tempat itu. Setelah kurang lebih 7 hari saya tinggal bersama meraka, saya mengamati seluruh aktivitas mereka yang sedang kuliah tersebut. Mulai dari jadwal masuk kampus yang tidak selalu masuk jam 8 pagi, pulang nya kadang jam 10 pagi atau kadang masuk jam 2 siang dan pulang jam 4 sore. Yang menimbulkan tanya bagi saya apakah jadwal perkuliahan tidak sama dengan anak SMA dengan masuk setengah delapan pagi dan pulang jam 1 siang? Dan setelah mereka menjelaskan secara detail saya baru memahami dan betapa indah nya dunia mahasiswa ini. Itu pikiran saya diawal. Hahahaha. Kemudian saya memutuskan untuk kuliah setelah sebelumnya saya sampaikan terlebih dahulu kepada kedua orangtua saya.

Pada September 2014, sekitar tanggal 17, masa orientasi pengenalan kampus berlangsung selama 3 hari. Suka duka dan dinamika mahasiswa baru berlangsung sangat cepat. Tidak terasa, bulan Desember telah tiba dan masa ini adalah bulan perayaan natal bagi umat kristiani dan kampus saya adalah salah satu kampus swasta yang berada dibawah naungan Yayasan Katolik dan secara otomatis dan berdasarkan kebiasaan yang dilakukan para senior sebelumnya adalah pembentukan kepanitiaan. Dan jujur, jantung saya hampir berhenti berdetak ketika dihadapkan dengan proses pemilihan ketua panitia natal tersebut. 

Yang dalam bayangan saya, bahwa pembentukan kepanitiaan itu adalah kedamaian dan sukacita, akan tetapi saya salah. Sengitnya pemilihan tersebut, sampai harus membuat ruangan itu seperti kapal pecah ditambah dengan bentrokan yang dilengkapi dengan samurai dan parang panjang. Seperti terminal yang berisi preman untuk memperebutkan sebuah lahan, itulah gambaran situasi saat itu. Dan seketika saya pulang dengan sangat jantungan dan sedikit trauma. Perguruan tinggi yang didengung-dengungkan sebagai tempatnya orang-orang pembawa perubahan dan agen perubahan ternyata tidak seindah itu.

Setelah kembali dari kampung menghabiskan jatah liburan akhir tahun yang diberikan oleh kampus, duniaku kembali disibukkan dengan rutinitas mahasiswa pada umumnya. Kampus, kos, belajar, tidur, makan, mandi dan bermain. Hingga pada awal bulan Maret 2015, degan ajakan dan bujuk rayu seorang senior yang kebetulan adalah satu kampung saya, maka saya bergabung dengan organisasi mahasiwa ekstra kampus tersebut. Setelah menjalani beberapa kali pelatihan dan pengembangan diri, tibalah masa dimana angkatan kami harus menjadi pemgurus organisasi ini. Terlibat aktif dari 2016 hingga 2020, banyak hal yang saya dapat dalam dunia organisasi yang tidak saya dapat didalam dunia perkuliahan. Pertemanan, jaringan dan pengetahuan yang sangat bermamfaat bagi saya.

Nandus Manik adalah seorang teman yang kebetulan seorang senior di organisasi ini dan dia menjabat sebagai ketua. Dengan perawakan yang tinggi putih dan humanis serta sebagai pengurus utama organisasi dia sangat berjasa dalam merekrut kader-kader baru. Terutama para cewek yang selalu terperangah dengan ketampanannya. Perekrutan kader itu telah kami lakukan 3 bulan lalu. Uli, Meta, Luluk, dan Ana merupakan jajaran cewek yang paling cantik diantara cewek-cewek cantik yang menjadi korban rayuannya untuk masuk organisasi.Nandus Manik adalah seorang sarjana muda yang bulan kemarin telah diwisuda. 

Dia adalah Sang Ketua organisasi, sosok yang sangat disegani oleh teman-teman pengurus. Di kampuspun selain mendapat predikat terpuji dengan nilai IPK 3,55, dia juga menjadi sorotan postif para dosen. Ia juga jadi panutan bagi aktivis Organisasasi lain, karena berprestasi juga sebagai seorang mahasiswa Pertanian. Saya bersama beberapa pengurus lain memang sengaja tinggal di skretariat organisasi, selain untuk mempermudah komunikasi dan pelaksanaan program, dari sisi ekonomi juga lebih hemat, karena kita hanya akan patungan bayar uang air dan listrik. Seperti biasa, ketika sore saya biasanya duduk-duduk sembari menikmati kopi sambil membaca buku di perpustakaan mini skeretariat kami. Ada satu buku yang membuat ku sempat melamun saaat membacanya dan Ketika aku hendak merebahkan tubuhku dibangku teras sekretariat, ada suara datang menyambutku.

"bang, habis dari mana?" Sahut Sirdo kader baru yang kelihatannya bisa meneruskan perjuangan misi organisasi ini.

"Oh kamu Sir, baru baca-baca buku aja." Sahut aku dengan malas.

"baca buku apa neh bg?" Tambahnya tidak terima jawaban itu saja.

Tambah males aku jawab "baca buku PKI ( Petani Kopi Indonesia ), oh ya kamu tahu Bang Nandus di mana?"

Dia membalas jawabanku dengan selorohan "Biasa Bang Nandus lagi 'meeting' dengan cewek-cewek di Kampus."

Dengan melerik Sirdo aku berseloroh "Waduh! kagak bosan-bosannya si petualang cinta itu selalu melakukan agresinya!" Semoga itu tidak ditiru oleh kader cowok temen-temennya Sirdo.

Penghuni tetap sekretariat organisasi kami adalah Bang Nandus, Leo, Sirdo, Bang Adi, dan aku sendiri. Tetapi sekretariat organisasi kami juga sering dijadikan tempat menginap bagi anggota lain  diorganisasi ini. Terutama saat ada event kegiatan besar atau sedang rapat dan kegiatan lainnya.

Sekretariat organisasi, 30 September 2018

....hape na mardua holong di pudiki.......

"Ton, Gede'in volumenya ini lagu kesukaan awak" Teriak Sirdo kepada Anton kader yang telah dia rekrut tiga bulan lalu.

"Ini juga lagu kesukaan awak bg" jawab Anton

"Tolong dikecilin dikit volumenya!" Perintah Bang Nandus.

"Iya lagian pagi-pagi buta gini puter musik." Komentar Leo.

"Sir, Inikan waktumu membersihkan sekretariat..." Teriakku memecah keheningan dan lamunannya...

"Tega banget kamu sep, dia lagi ngelamunin Uli si boru Karo malah kamu ganggu..."ketus Bang Nandus

"Uli siapa?" Tanyaku

"Kader baru kita yang cantik ituloh....!"

"Yang mana?" Aku kerjain dia dengan bertanya terus padahal aku sudah tau tentang Uli.

"Dia berwajah oriental, tinggi dan senyumannya manis, yang minggu kemarin ikut kajian dengan membawa mobil dan memboyong teman-temannya" tegas Bang Nandus kembali

"Oh yang itu..." Jawabku

"Makanya jangan jadi penakut, dengan cewek selalu menghindar. Sampai kapan yang namanya Usep akan berubah?" Ejeknya kepadaku.

"Yang namanya Usep tidak akan pernah berubah mungkin, malu-malu dengan cewe dan selalu introvert!" Tambah Leo yang lansung nimbrung begitu saja. Membuatku terpancing tuk terus membicarakan yang namanya cewek.

"Sebenarnya awak tuh nggak milih-milih atau takut dan tidak "alergi" pada cewek, tapi awak belum berani menghadapi resiko jika sudah terlalu dekat pada mereka .......waduh mungkin bisa makan HATIIIIII!!"

"Dari dulu kamu tuh ngomong aja..., mana buktinya? Tunjukin dong pada kami!" Tantang Nandus pada ku.

"Sep, banyak kader kita yang cantik, kamu dekati aja mereka. Menyelam sambil minum air, mencari kader juga dapat pacar!!!!!!"

"Ini kuberikan seluruh data lengkap kader baru kita, mulai nomer telepon, alamat rumah, tanggal lahir, dan karakter psikologis semua ada di data ini!," Tawar Nandus kepadaku. Kemudian Nandus menerangkan:

"Uli, alamat rumahnya Jl. Patimura No 16, Komplek Perumahan Surya Bersinar sebuah komplek perumahan Elit di Medan, tanggal lahir Siantar, 5 Mei 1997, karakter psikologis yang telah saya pelajari dari test masuk organisasi 3 bulan lalu dan dari selama ini dia beraktivitas di Kampus. Dia itu orangnya supel, tidak pilih-pilih teman laki-perempuan, kaya-miskin. Semua dia jadikan teman, asal baik hati. Kabar baiknya dia sangat suka pada organisasi kita ini, ya karena orang tua diakan Alumni kita juga. Nomer telepon lihat sendiri dan jika ingin tahu semua tinggal lihat saja di sini" Tangan Nandus menyodorkan buku data anggota itu padaku.

"Wah reputasi sang petualang cinta ternyata sulit untuk surut dari abang yah, yang telah abang sandang selama ini, abang tahu sampai sedetail ini... Hebat bangets..!" Pujiku padanya.

"Oya bang, nanti kita jam 1 siang ada rapat bersama anak-anak Cipayung lain! Abang lupa kan?" Aku sengaja membelokkan tema omongan ini.

"Ya jelas nggak lah, itukan salah satu kewajiban kita, kalau Adi aku tidak tahu, diakan akhir-akhir ini sering pulang dan bolos kuliah!!" Sambil melirik, Nandus mengkritik Adi.

Tampak mengakui kebenaran perkataan itu Adi kemudian menjelaskan semuanya "Ya...ya aku salah, tapi omong-omong rapat apa nanti?" Adi penasaran

"Rapat bagaimana biar para pengurus tidak ngejomblo, kan brand image kita selama ini organisasi para pecinta." Sindir Bang Nandus padaku.

"Rapat nanti intinya ngomongin tentang pernyataan sikap kelompok mahasiswa dan pemuda terkait dengan adanya penolakaan pembangunan salah satu gereja di Provinsi Jambi ." Aku meluruskan omongan Bang Nandus.

Usai rapat yang sangat melelahkan dan menguras pikiran itu, karena kami akan melakukan aksi damai di depan Kantor Gubernur, pada pukul 5 sore aku pergi ke kamar mandi. Dan Bang Nandus setelah Maghrib langsung keliling Kost-kostan cewek. Seperti biasa tebar pesona. Kalau aku sendiri langsung memegang buku tulis 'khususku' yang berisi hasil rapat, perencanaan, manajeman dan isi curhatku pada Tuhan. Lantas kugoreskan tinta pada kertas kuning buku kesayanganku ini. Kutuliskan perasaanku:

"Tuhan, aku tahu bahwa segalanya ada dalam skenariomu"

Tapi,mungkinkah kau menginjinkan hambamu ini menuliskan skenarionya?

Aku tau bahwa Diri ini bukan makhlukmu yang paling sempurna

Tapi aku adalah lelaki biasa yang membutuhkan cinta"

"Tuhan, ingin hati ini bersama bidadarimu yang berada di permukaan bumi ini. 

Tapi mengapa aku sampai sekarang masih ragu memutuskan cerita cintaku"

"Cinta........... dimanakah kau berada,

Usep, kenapa kamu tak mengambil keputusan...........!

Akankah kamu jomblo seumur hidup" ha...ha....

Perpustakaan Kampus, 01 Oktober 2018

Aku duduk di jajaran kursi yang tak ditempati sambil membaca buku di perpustakaan, sembari menunggu teman-teman. Pagi itu, aku mencari buku referensi untuk persiapan sidang pada 04 Okober mendatang. Tapi aku masih sangat dilemma, karena pada 02 Oktober kami akan melakukan aksi damai di Kantor Gubernur.

Samar-samar, saya mendengar percakapan orang dari meja sebelah.

".....Mungkin dia tidak normal, jaman sekarang tidak pernah pacaran sama sekali? Homo kali dia!"

Amat marah aku mendengar perkataan mereka, untung ada Rosita kader baru yang ada disamping dan meredam kemarahanku dengan menarik tanganku, untuk mencegah aku bangkit dari tempat duduk lalu meninju mereka dan yang bermulut 'cewek' itu.

"Udah bang... jangan ladeni mereka, mending lanjutin baca buku...!" Rosita menenangkanku.

"Iya...iya.....jangan khawatir!" Jawabku singkat. Untung ada Rosita hingga aku bisa kendalikan diri.

"Kamu sama siapa Ros?"Tanyaku dengan sedikit gugup

"Sama Uli dan Ana bang, mereka lagi di lantai bawah main internet di ruang komputer, ayo bang kita kebawah saja! Gawat kalau terus disini." Ajak Rosita.

"Iya kamu duluan! Ntar aku susul."

"Beneran ya bang, jangan buat gaduh di perpustakaan ya!" Mintanya padaku

"Iya........iya....., kaderku yang paling baik hati!" ucapku pelan

Aku lantas menghampiri orang yang membicarakan aku tadi, dan sebenarnya mereka tidak baca buku di perpus tetapi ngobrol. Kebetulan ruang ini ber-AC yang membuat mereka ketagihan tuk berdiskusi hal yang tak penting itu. Ternyata mereka adalah geng nya si Bokir

"Ini dia orang yang kita omongin tadi sudah datang, lihat postur tubuhnya mendukung sekali untuk.........." Bokir mencoba memancing kemarahanku.

"Untuk apa...?" tanyaku penuh amarah

"Wah semua anggota organisasimu mungkin semuanya kayak kamu ini......." Bokir berhasil membuat aku naik pitam, tapi aku bisa menahannya.

"woi lek, kalau ngomong itu mulutnya diatur, jangan campurkan urusan masalah perbedaan ideologi organisasi kita, dengan urusan pribadi seseorang lek"

"Maksudmu apa sep...? lagian kamukan memang tidak pernah pacaran, jangan-jangan kamu memang benar-benar homo?" Bokir mencing emosiku.

"Lagian memang benar organisasimu tu...tak pantas ada di kampus ini" Tambah teman Bokir yang lain.

"Heh Kalau kamu tidak terima perkataan kami ntar di luar kita selesaikan masalah ini, di Gang Bahagia seperti biasa. Kalau perlu ajak teman-temanmu yang sok aktivis itu!" Tantang mereka.

"Tidak usah bawa nama organisasi, ini masalah pribadiku dengan kalian lek"jawabku menantang mereka. Aku akan datang ke Gang Bahagia sore ini jam 3 sore tepat, sendirian!!"

Setelah menerima tantangan mereka, aku menghampiri Rosita ternyata disana juga ada Uli dan Ana kader baru, mereka adalah harapan teman-teman pengurus tuk meneruskan misi organisasi kami.

"Apa kabar Bang...?" Sapa Uli padaku

"E...e..e....eee .....kabar baik" Aku sedikit grogi berat padanya.

"bang entar kami ikut aksi ya?" Tanya Ana basa basi.

"Iya nanti ikut aja pas aksi di Kantor Gubernur ya, Ros.... semuanya aku pergi dulu ya....!" Pamitku pada Rosita, Uli dan Ana.

Hati ini rasanya berdebar keras bisa mendekati cewek cantik seperti mereka, tapi rasanya menyesal juga aku pergi dari mereka, padahal pamitan tadi untuk menghindarkan grogi dihadapan mereka. Andai memungkinkan berlama-lama pun aku mau sekali tapi sudah dari kecil aku suka grogi terutama didekat cewek.

Sempat terbesit di perasaanku atas tantangan Bokir dan teman-temannya tadi, aku langsung saja pulang jalan kaki ke sekretariat organisasi. Aku tidak mau menceritakan masalah tadi dengan teman-teman karena aku kira itu adalah masalah pribadiku bukan masalah antar Organisasi. Bisa runyam urusan andai terjadi peperangan besar antar organisasi dan menelan korban luka bahkan korban meninggal dunia akibat masalah pribadiku. Walaupun menurutku ini tidak fair, kuduga mereka membenciku karena aku menjadi anggota organisasi yang berbeda dengan meraka. Sebab mereka menurutku adalah organisasi yang bisa "dibeli" dan selalu "menjual" issu penderitaan rakyat guna membuka jalur komunikasi kepada para penguasa dan meraup keuntungan.

Aksi Dami, 02 Oktober 2018

Pagi itu, sekitar pukul 08.49 kami sudah berkumpul disekretariat, sembari menunggu teman-teman yang lain untuk berangkat menuju titik aksi.

"bang, teman-teman yang lain dimana?" tanyaku pada Bang Nandus

Sembari memakai sepatu dan gumpalan asap rokok sempurna nya, bang Nandus hanya menggelengkan kepalanya sembari mengarahkan pandangan ke arah Uli dan Ana yang tiba-tiba sudah ada didepan pintu secretariat.

"pagi bang" sapa mereka berdua.

"cocok li, untung kau datang. Pasti nanti Usep makin semangat orasinya" ketus bang nandus

"uda sarapan tadi dek?" tanyaku mengalihkan topik pembicaraan

"sudah bang" jawab mereka serentak

Tak berselang lama, setelah teman-teman yang lain datang, kamipun berangkat menuju titik aksi, yang sedari tadi ternyata sudah ditelepon berkali-kali oleh teman -- teman dari organisasi lain yang bergabung dengan aksi tersebut.

Setelah sampai dilokasi, kami pun memulai aksi damai kami. Orator-orator ulung dan para ketua-ketua organisasi telah menyampaikan orasi-orasi politik dan pernyataan sikap mereka maisng-masing, kini tiba giliran perwakilan organisasi kami menyampaikan aspirasinya. Dan dengan sontak nandus menyuruhku diikuti suara samar-samar dari belakang "ayok bg usep,bakarkan semangatnya". Saya yang belum pernah sekalipun menyampaikan orasi dihadapan publik dan ini merupakan aksi demonstran saya yang pertama, ditambah dengan tatapan-tatapan ratusan pasang mata kerah saya, membuat saya semakin gugup dan jantungan. Didalam hati saya berkata bahwa ini adalah kesempatan saya untuk belajar, sebab kedepannya saya sudah tidak mahasiswa lagi. Karena memang, pada tanggal 04 Okober saya akan sidang. Dan itu juga menjadi dilema bagi saya, sebab jika terjadi apa-apa dengan aksi ini dan saya ditangkap, maka saya akan gagal sidang tahun ini. Namun, tanpa berpikir panjang akhirnya saya memutuskan untuk berorasi.

 Setelah selesai melakukan aksi, akhirnya kami kembali ke skretariat masing-masing untuk melakukan evaluasi terhadap aksi tadi dan menyusun tindak lanjut rencana issu yang diangkat pada saat aksi.

Organisasi Kedaerahan

Setelah selesai sidang skripsi, saya bersama beberapa teman dari kawasan Danau Toba melakukan sebuah pertemuan guna membahas issu-issu yang yang berkembangan diseputaran Danau Toba. dan dari hasil pertemua tersebut, kami menyepakati membentuk sebuah perkumpulan yang bertujuan menghimpun orang-orang yang peduli dengan Danau Toba. karena pada saat itu, pemerintah pusat dan daerah sedang gencar-gencarnya membangun pariwisata danau toba, yang dalam kajian kami akan melahirkan masalah-masalah sosial dan lingkungan yang akan merugikan masyarakat local. Dan kami menyepakati untuk mendiskusikan hal tersebut di skretariat organisasi.

Waktu menunjukkan pukul 12.00 WIB aku dan teman-teman membersihkan sekretariat karena sebentar lagi teman-teman lintas daerah sekawasan Danau Toba akan datang untuk mengikuti kajian tentang Dampak Sosial dan Lingkungan Pengembangan Pariwisata Danau Toba yang akan disampaikan oleh masing-masing perwakilan organisasi kedaerahan yang bergabung. Tak ku duga Sebuah mobil mewah mulai datang dan memarkir mobil di halaman depan. Uli, Meta, Ana dan Luluk turun dari mobil berharga ratusan juta itu. Bang Nandus menyambut mereka dengan senyuman wibawanya.

"Silakan .... semuanya duduk disini dulu, sambil menanti teman-temannya yang lain datang!" sahut Bang Nandus

"Terimakasih bang, tempatnya bersih ya guys?" Puji Uli membalas sopan santun Sang Ketua itu dengan bertanya pada Meta dan lainnya.

Aku pun setelah menampakan diri pada mereka semua di depan halaman, lantas aku langsung ke dapur mempersiapkan konsumsi bersama Sirdo dan lainnya. Hati ini hancur rasanya, walaupun dia berada di dekat tapi tak bisa PDKT dengannya. Untuk meredam perasaanku aku bergurau saja dengan teman-teman di dapur. Tapi seperti biasanya perasaan itu selalu muncul ketika aku sendirian atau ketika teman-teman membicarakan masalah pacaran atau cewek, aku selalu nimbrung dengan nggak karuan ngawurnya untuk menghibur hati ini.

Aku pun tak lupa atas janjiku pukul 15.00 WIB, setelah kajian aku langsung meluncur ke Gang Bahagia, disana ternyata sudah menunggu Bokir dan teman-teman lainnya bahkan di sepanjang jalan banyak anak-anak anggota Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (OMEK) lain, yang berbeda dengan organisasi yang kuikuti sejak semester 2 ini. Mereka duduk-duduk disepanjang jalan sambil ngopi dan ngrokok dengan banyak cewek-cewek yang juga ikut 'cangkruk'. Walaupun sedikit takut dan gugup aku coba tetap menghampiri Bokir dan aku yakin mereka semua yang ada disini adalah teman-temannya Bokir.

"He....., Homo......ternyata punya nyali juga ya... kamu kesini! Mana teman-temanmu yang sok intelektual itu?" Tanya Bokir kepadaku.

`"Ternyata kamu belum paham juga ya....memang kamu ini korban ideologi......, ini masalah pribadiku antara aku kamu dan teman-temanmu yang mengejek aku tadi di perpus, bukan masalah organisasi, kalau masalah organisasi gak usah diselesaikan dengan beginian!" Aku berceramah kepada mereka.

"Serang!!!" Teriak Bokir.

"Buuk!...paaak!.... Mampus kau, banyak omong ini terima bogem dariku...buuukkkkk!"

Aku tersungkur di pinggir jalan, aku tahu meski banyak mahasiswa yang duduk-duduk disini, mereka tak sudi membantuku bahkan mentatihku untuk berdiripun tidak. Akhirnya aku berdiri sendiri dan menaiki Vespa kesayanganku, lalu seperti biasa pulang ke sekretariatan.

"Kenapa kamu sep? Siapa yang melakukan ini?...." Leo cemas melihat keadaanku.

"Udah obatin dulu lukanya! Dede tolong ambilkan obat di Kotak P3K!" Perintah Bang Nandus. Dede dan Bang Nandus sibuk mengobatiku, sedangkan Leo marah-marah tak karuan melihat keadaanku.

"Ini pasti yang melakukan anggota OMEK Gang Bahagia itu kan? Aku tidak terima ini, sejak dulu mereka itu arogan, mahasiswa bertingkah seperti preman, sekali-kali harus kita beri pelajaran mereka..........." Leo tidak terima teman organisasinya seperti aku ini dianiaya apalagi oleh mereka yang sejak dulu memusuhi kami, entah asal mulanya gimana hingga berlarut-larut seperti ini.

"Udah kita pikirkan nanti dulu yang penting Usep gak parah, biarkan dia istirahat dulu! Dan kamu Leo jangan terlalu gegabah!" Bang Nandus menenangkan Leo

"Iya benar kita harus pelajari dulu modus operandinya" Kata Ambrin memberikan saran

"Mereka memang dicetak untuk menjadi kader preman kali....., kalau tidak arogan, ya........mau menang sendiri dan sering kali menghalalkan segala cara untuk tercapai tujuan mereka....." Hardikan dari Joel Kader baru kami.

Leo pun pergi entah tak tau kemana dengan Motor Supranya, yang hari ini dia bawa ke sekretariatan untuk menggait cewek-cewek. Dengan menekan gas dalam-dalam hingga suara motornya memekakan telinga dia pergi begitu saja tanpa pamit.

Malam hari ini pun aku tak bisa tidur nyenyak selain rasa sakit di muka dan tubuhku, perasaanku yang selalu mengingat dia..........aku mengeluh pada diriku sendiri ............sampai kapan aku tetap begini.....belum juga mampu mengungkapkan perasaanku kepadanya.

Kampus, 10 Oktober 2018

Aku memaksakan diri untuk ke kampus mengurus berkas wisuda dan perbaikan skripsi walaupun mukaku lebam membiru, pada saat itu seluruh teman mahasiswa sekelas dan sekitarnya terus memandangiku. Bokir dengan puas berjalan disampingku dan berlalu begitu saja seperti tidak ada apa-apa di hari kemarin.

"Sep...kamu kenapa?.. mukamu lebam gitu...?" Tanya Swingkel seorang  teman dengan perawakan Pakistan ini.

"Oh biasa anak muda.....!" Jawabku untuk memuaskan dia.

Sambil menunggu Dosen Kaprodi datang, aku pun duduk-duduk dihalaman kampus dekat parkir dosen dan karyawan. Tak kusangka ternyata Uli dan teman-temannya menghampiriku.

"bang, maafin aku dan teman-teman ya, kemarin gak bisa jenguk abang di sekretariat!" Mohon Meta.

Dengan gugup aku menjawab"Kagak apa-apa kok dek....!."

Dengan tangan lembutnya Luluk mengelusnya ke wajahku yang biru.

"Waduh sampai segini bang, emangnya siapa sih yang melakukan ini....." tanya dia.

Dalam hatiku mungkin dia mengetes aku mau jawab gak atas pertanyaan yang dia berikan. Karena tidak mungkin dia tidak tahu kecuali jika dia kemarin pulang, karena kostannya Luluk dan Meta terletak di Gang Bahagia.

"Aku pulang duluan......." Pamitku terburu-buru karena aku sudah grogi kagak karuan.

Ketika pergi meninggalkan mereka sedikit aku memandang wajah Uli yang begitu putih dan matanya yang sipit, dia tak berkata apa-apapun kepadaku tadi. Aku meluncur ke sekretariat organisasi dan langsung duduk dihadapan Bang Nandus karena dipanggilnya.

"sep....untuk masalah kemarin kronologinya gimana?"

Aku ceritakan semuanya mulai dari awal hingga akhir kejadian, akhirnya bang nandus puas atas ceritaku tadi. Mungkin karena permasalahan ini menurut dia bukan masalah organisasi. Tetapi masalah anak muda......ya sukurlah organisasiku ini tidak tercemar gara-gara aku.

Ambrin menambahi wanti-wantinya kepadaku.

"Makanya sep, kamu itu jangan mudah terpancing emosinya, orang yang emosinya mudah terpancing, emosinya mudah diperalat lhoo....!

"Iya bang semoga ini menjadi yang terakhir bagiku....!" Jawabku untuk memuaskannya

"Lagian bang Usep kan masih jomblo, urusan dengan mereka taruhannya nyawa lho bang........mendingan energinya tuk ngelindungin cewek kakak nanti!" Seloroh Maikel menghiburku.

Ternyata Leo kemarin pergi ke Gang Bahagia untuk langsung ke Sekretariat OMEK yang berada di situ. Dan melabrak Bokir, untung Leo gak bernasib seperti aku, ku akui dia memang pemberani dan secara fisik dia memang sangat besar dan atletis ditambah dia sudah bersabuk Hitam. Aku heran kenapa Leo tahu kalo Bokir pelakunya, mungkinkah dia menganalisa dari curhatku selama ini kepada dia. Terima kasih Bang Leo atas perhatianmu.

Aku dan Bokir pada saat Semester satu dulu sama-sama menaksir Uli, yang sekarang menjadi kader organisasiku. Sedangkan cinta Bokir yang diungkapkan langsung kepada Uli, ditolak mentah-mentah oleh Uli. Apakah ini salah satu penyebab Bokir membenciku, selain organisasi yang kita ikuti juga bersebrangan. Tapi akupun sampai sekarang tak berani mengungkapkan perasaanku.

Malam haripun seperti biasa setelah curhat dengan Bang Nandus di salah satu bilik sekretariat, aku menulis buku 'khususku' dengan tulisan yang 'esensinya dan substansinya tetap sama':

"Tuhan,

apakah Kau sedang menghukumku?"

"Dia dulu yang ku cinta, 

sekarang hadir dalam kehidupanku bahkan lebih dekat

"Tuhan,

Aku ingin bersamananya"

Rujak Party, 7 November 2018

Leo mengajak kader-kader baru organisasi tuk mengadakan diskusi non-formal di sekretaiat, mungkin diskusi santai untuk refleksi diri dan organisasi. Dan biasanya kami sebut itu dengan istilah rujak party. Keahlian bergaul dia dengan cewek benar-benar ia gunakan sebaik-baiknya. Meskipun seringkali dia gonta-ganti pasangan. Dan ternyata sudah kuduga yang datang membludak, keinginan mereka untuk aktif di organisasi begitu besar. Uli pun juga tak ketinggalan untuk datang. Mungkinkah ini kesempatanku. Akhirnya, disela-sela akan dimulainya kegiatan ini aku ajak Leo kedapur belekang yang lagi sepi, aku berbicara dengan lirih agar yang lainnya tidak mendengarkan.

"Leo, walaupun ini diskusi tidak resmi tapi ternyata pesertanya banyak juga ya...hebat ide kamu!" Pujiku dengan bisikan padanya.

"awak tidak kamu pujipun sejak dulu hebatnya sep..." Jawab Roni sombong.

"Dia sudah datang coba dekati dia! Berani gak? Sampai kapan kamu akan terus bersikap begini?" Tambah Leo untuk mendorong aku.

"Cepat temuin dia ntar awak yang gas kalo kau gk mau...."

"anajay, jangan gitu ding bg Le, doain aku ya! semoga gak grogi nemuin dia." Pintaku pada Leo.

Akhirnya aku temuin dia di halaman sekretariat lagi bincang-bincang dengan Meta.

"Halloo, apa kabar semuanya......!!" Sapaku

"Kabar baik bang!" Serempak meraka jawab.

"Oya bang, saya tadi di SMS dan di Telpon oleh bang Leo, katanya ada diskusi penting, emangnya ada apa sih, kan biasanya lewat undangan resmi?" Tanya Ana yang penasaran.

"Secara... biasanya kajiannya kan hari Kamis!" tambah Luluk.

"Ooo.. untuk masalah itu, Tanya langsung yang bersangkutan mungkin ada kejutan...! Bang Leo kan bagian Divisi Internal Organisasi, terutama mengurusi masalah keanggotaan dan pengkaderan, Tapi yang awak ketahui memang ini bukan kegiatan formal organisasi, tapi diskusi ini bertujuan demi berkembangnya organisasi kita kelak di Kampus."

"Sep ajak mereka semua masuk!" Bang Nandus menyuruhku sambil memegang HP barunya.

"OK sebelum acara ini dimulai, seluruh teman-teman pengurus duduk di depan Forum, saya minta semuanya!" Leo mengkondisikan Forum diskusi ini. Sejenak kemudian seluruh pengurus satu demi satu maju ke depan, duduk rapi dengan karakter masing-masing.

"teman-teman tahu kan bahwa yang duduk didepan ini adalah jajaran yang bertanggung jawab atas organisasi kita, adek-adek semua adalah kader, sekaligus penerus perjuangan dan gerakan organisasi ini. Oleh karena itu saya persilakan satu persatu menyampaikan unek-uneknya mengenai kinerja pengurus selama ini, tetapi tetap dengan aturan main alias tidak ngawur!"

Setelah beberapa kader organisasi laki-laki menyampaikan unek-uneknya, dan untuk meminimalkan tingkat emosi tinggi antara anggota cowok dengan pengurus dilakukan, akhirnya Kader perempuanpun dipersilahkan oleh bg Leo untuk angkat bicara, dan Uli pun ikut nimbrung dengan sejumlah pernyataan yang sempat memecahkan pemikiran-pemikiranku yang sedang aku olah (karena walaupun aku duduk di depan dengan pengurus lainnya bukan berarti aku diam dan membiarkan pengurus lain berbicara sendiri) untuk ikut meramaikan diskusi ini.

"Terima kasih kepada seluruh anggota dan pengurus organisasi ini, jujur saya dulu masuk organisasi ini adalah karena saya tertarik pada sesorang yang ada di organisasi ini selain karena ayah saya juga menyarankan untuk masuk kesini dan mungkin abang-abang pengurus sudah tahu bahwa beliau adalah alumni organisasi ini, tapi saya masuk organisasi ini tidaklah semudah apa yang seperti saya dan teman-teman kira, banyak sekali pengaruh-pengaruh dari mahasiswa lain yang bertubi-tubi menghantam aku dan itu sempat membuat aku memutuskan untuk tidak berorganisasi, tapi beberapa saat kemudian aku sadar bahwa mungkin pernyataan mereka tidak benar adanya atau hasutan semata, lantas saya menyelidiki dan membandingkan antara perkataan mereka dengan kenyataan di lapangan, dan akhirnya aku ketemu dengan bg Leo yang mengarahkan dan memberi penjelasan tentang organisasi ini, dan seketika itu aku putuskan untuk masuk ke organisasi ini dan semoga keaktifan saya di organisasi ini hingga akhir kepengurusan saya nanti bahkan sampai tingkatan Cabang, dan secara perlahan-lahan benak di pikiran dari anjuran dan perintah dari ayah untuk memilih organisasi ini dan rasa tertarikku pada salah salah satu pengurus pada waktu perekrutan tiga bulan lalu sudah sedikit hilang."

"Oke....makasih itu saja Li?, kalau boleh tahu siapa si Doi tadi...?" canda Leo

Pertanyaan Leo itu membuat aku tertawa kecil begitu pula dengan anggota-anggota cowok lainnya, karena pertanyaan itu di sampaikan dalam forum yang cukup serius, tapi aku memang juga menginginkan jawabannya. Dan kemudian muka Uli pun memerah, untung saja Leo langsung mengalihkan pembicaraan.

Diskusi yang dilakukan seperti ini bukanlah peng-Hakim-an terhadap pengurus, tetapi mengeluarkan jiwa kekritisan anggota. Dan pada akhirnya seluruh penguruspun bisa mengendalikan situasi seperti ini, terutama Bang Nandus sebagi ketua dia bisa memberikan perkataan yang mudah di tangkap dan dimengerti Kader-kadernya. Dan akhirnya selesailah diskusi ini.

Malampun sudah tiba, setelah mengadakan diskusi kecil dengan teman-teman di sekretariat aku langsung membuka buku "khususku" dan kutuliskan;

"Adinda siapakah gerangan insan yang kau sebut tadi?

Apakah aku?

Mungkinkah aku bisa mendapatkan mu?

akankah perjuangan ini kan kuteruskan?

Aksi Toba, 10 April 2019

Setelah beberapa kali melakukan kajian dan analisa, akhirnya kami memutuskan melakukan aksi. Bukan tak beralasan, lembaga yang dibiaya Negara ini diharapkan menjadi mesin pendorong perkembangan pariwisata danau toba, namun nyatanya lembaga yang dibiayai dengan jumlah yang fantastis ini juga belum mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap pariwisata danau toba. aksi damai yang kami mulai pukul 10.00 wib tersebut mengundang perhatian banyak pihak, bukan tanpa sebab, bahwa setelah berdiri kurang lebih 3 tahun, baru kali ini ada kelompok masyarakat yang menyatakan menolak kehadiran lembaga ini dan menyarankan agar pemerintah segera membubarkan lembaga yang sama sekali tidak memiliki mamfaat hingga saat ini.

Aksi pertama yang diikuti ratusan peserta aksi ini tidak mendapat respon yang begitu bagus dari pihak lembaga tersebut. Setelah melakukan aksi kurang lebih 4 jam, massa aksi memutuskan untuk membubarkan diri setelah sebelumnya, seorang pegawai lembaga tersebut mengkonfirmasi bahwa akan diatur pertemuan untuk beraudiensi antara kami dan beberapa Direksi. Seperti biasa, setelah selesai melakukan aksi, kami selalu berkumpul pada malam harinya untuk melakukan evaluasi dan malam itu ada sedikit perdebatan kecil.

"kalo untuk meminta-minta dan mengajukan proposal, mengapa kita harus aksi? Lebih baik ajukan proposal dari awal" kata Jono setelah sebelumnya saya menyampaikan tawaran dan ajakan "pertemanan" dari lembaga tersebut.

"baik teman-teman sekalian, ini adalah tawaran dari mereka, saya juga harus terbuka dan jujur kepada teman-teman karena tidak mau menutup-nutupi apapun" tegas saya kembali

Setelah evaluasi yang sedikit alot tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk  menggelar aksi kembali. Dalam dua bulan sejak april 2019, kami sudah 3 kali melakukan aksi menuntut agar pemerintah segera membubarkan lembaga tersebebut. Jujur harus saya akui, bahwa data yang kami miliki memang sangat akurat hingga sempat membuat salah satu petinggi lembaga itu pusing dan sempat menawarkan hal yang menggiurkan bagi saya. Namun, sejak bergabung di organisasi ini, saya telah didoktrin dan diajarkan untuk tetap setia digaris perjuangan bersama rakyat dan saya memiliki tekad, hingga samapai kapanpun saya tidak akan pernah menggadaikan idealism saya.

"sudahlah dinda, jujur saja siapa dibelakang kalian" tanya seorang petinggi lembaga tersebut disela-sela pertemuan yang belakangan saya ketahui sudah direncanakan oleh seorang senior saya

"ha..ha...haaa" saya menjawabnya sambil tertawa mengejek mereka "pak, sejak awal kami sudah sampaikan bahwa kami telah selesai bedah perpres tentang lembaga ini dan beberapa masukan sudah kami sampaikan, akan tetapi sepertinya lembaga ini memang tidak memiliki roh dan arah pembangunannya" jawab saya serius

Dua bulan setelah pertemuan itu, saya mendapat kabar bahwa dia telah mengundurkan diri yang dengan samar-samar saya ketahui bahwa alasannya mengundurkan diri adalah bahwa kehadiran lembaga itu memang tidak untuk membawa perubahan dan perkembangan pariwisata danau toba, akan tetapi lebih ke tujuan para petinggi lembaga Negara ini untuk menarik para investor asing yang disinyalir akan merusak tatanan sosial dan ekosistem kawasan danau toba.

Berbagai kritikan dan komentar-komentar untuk membubarkan lembaga ini juga saya sampaikan di beberapa media, baik online dan blog pribadi. Hingga tiba pada suatu masa saya diajak bertemu oleh seorang tokoh masrakayat yang begitu terkenal di Sumatera Utara. Dan tanpa sepengetahuan saya, beliau juga mengajak Direktur Utama lembaga yang kami kritik juga hadir. Diruangan tersebut hanya ada kami bertiga.

"oppung, apa yang bisa saya bantu"tanya saya kepada tokoh masyarakat itu

Sebelum dia mejawab, dirut lembaga itu memotong percakapan kami dengan spontan sambil berkata:

"pak Usep, saya minta maaf, bukannya saya tidak mau berkomunikasi dengan bapak dan teman-teman, hanya saja waktu itu saya masih focus ke pembentukan struktur lembaga ini, sekali lagi saya minta maaf dan saya tidak ada niatan tidak menanggapi bapak dan teman" ujarnya sembari tangannya sembah sujud dihadapan saya. ini adalah hal yang aneh dan membuat saya terkejut, bisa-bisanya seorang petinggi Negara melakukan hal ini? Seberbahaya apakah gerakan yang telah kami lakukan dan seberapa besar dampak gerakan ini? Ini luar biasa. Gumamku dalam hati

"sudah dengar sendiri kan oppung, sekarang mintalah apa yang mau kau minta kepada dirut" ketus beliau. Saya sengaja memanggilnya oppung sebab dari segi umur sudah selayaknya memang saya memanggilnya oppung, terlebih lagi bahwa klan marga kami sama.

"baik oppung, nanti saya akan pikirkan" jawab saya

"bang Usep, saya minta nomor wa abang ya" pinta dirut tersebut.

Setelah kami bertukar nomor, akhirnya kami meninggalkan ruangan dan membubarkan diri dari pertemuan yang tidak sampai 20 menit tersebut.

Sarapan Pagi, 13 Februari 2020

Pagi itu, harusnya aku bangun lebih cepat karena saya janji sarapan bareng dengan Uli di skretariat. Setelah aku pergi mandi dan gosok gigi lantas mengganti baju, aku mencoba untuk bersikap biasa dan menambah senyuman agar dia tidak kecewa. Aku langsung duduk di sampingnya. Yang sepertInya telah lama menungguku.

"Maaf ya kamu menunggu lama!"

"Lagian abang mandinya lama banget, kayak perawan mau dinikahi aja ha...ha....."

"Iya aku perawananya dan kamu perjaka yang ingin menikahuku"jawabku sambil tertawa seolah tak bersalah

Aku dan dia bercanda terus seakan-akan di dalam secretariat sana tidak ada seorangpun yang mendengarkan kami. Senyumannya merekah menelan rasa sepiku, wajahnya menyinari pagi ini yang berembun dan kata-katanya membuatku ingin hidup lebih lama di bumi ini.

Hari ini adalah hari terindah dalam hidupku, karena ia sekarang ada di sampingku menemani kesepian.

------------------

"sep gimana ngobrolnya tadi pagi?"

"Kamu itu ngomong sih bg leo?" tanyaku sambil tersenyum

"Jangan berlaga bego'! dia kayaknya memberikan kesempatan kepadamu"

"Aku bisa bersama dia seperti tadi pagi aja sudah bahagia, aku nggak ingin berharap banyak!." jawabku

" Jangan kuatir sep! kan Meta masih ada!"

" Apa maksudmu???" tanyaku heran

"Waduh males awak ngomong sama mu, inilah yang membuat kau gak punya pacar sampai sekarang!!" Leo menceramahiku di sore hari.

Ada apa dengan Meta aku tak tahu maksud Leo, apa ada kaitan dengan SMS Meta tadi pagi? Dan si Leo seperti biasa selalu membuka SMS ku tanpa izin, selain juga dia begitu dekat dengan kader-kader cewek dan sering dijadikan tempat curhat oleh mereka.

"sep, besokan hari Valentine" cetus Leo memecah keheningan kami

"Emangnya kenapa kalau valentine day?"

"Inikan kesempatanmu untuk menembak dia!!" jawab Leo

"Apa kaitannya valentine dengan menembak cewek???" tanyaku heran

Aku tak begitu tahu dengan apa yang dinamakan valentine day, walaupun sering mendengar dan melihat perayaannya setiap setahun sekali itu.

"Dan dalam kamusku valentine day adalah kebiasaan orang barat, kebiasaan kita adalah walaupun sudah putus, dia harus  tetap ada untuk kita dan selalu ada saat kita butuhkan" candaku sambil tertawa lebar

----------------

"Hari-hari ini abang kok nampak bahagia bangets, emangnya ada apa???"

"Meta ingin tahu???" Aku membuat penasaran.

"Aku nggak ingin tahu! Biar itu menjadi rahasia abang sendiri, aku hanya ingin memberikan hadiah ini untuk abang!" sambil menyodorkan sekotak kado indah bertalikan pita berwarna merah. Ini mungkin alasan Meta mengajakku ke Kafe dekat Stadion Teladan Markas PSMS Medan yang sekarang ini sedang ramai dengan pengunjung.

"Dalam rangka apa ini Met?" tanyaku

" Sebenarnya aku sejak dulu ingin memberikan hadiah ini kepada abang, tapi hari inilah alasan yang tepat untuk memberikan hadiah ini kepada abang, karena besok adalah hari valentine."

"Kamu juga termasuk kaum valentiner ya??"tanyaku kembali.

"Sebenarnya aku bukan valentiner bang, tapi yang namanya masih remaja wajar jika mengikuti trend anak muda yang lainnya!"

"Baru tahu kalau kamu itu masih remaja, padahal di wajahmu sudah keriput"candaku sambil tertawa

Dia terhibur oleh leluconku dan mencubit tanganku dengan kerasnya.

"Auww sakit Met!!"

"Lagian abang jahat banget"

"Inikan buku ilmu hukum yang kucari-cari selama ini, kamu tahu aku sedang mencari buku bagus ini, lalu yang ini apa?"

"itu surat, abang baca nanti saja!"

"Terima kasih banyak Met!" balasku

"Besok jadi ada kajian tentang sudut pandang politik pembangunan pariwisata danau toba? Emangnya pematerinya siapa?" disaat-saat seperti ini, yang sebetulnya lebih enak ngomongin tentang yang menyenangkan saja dan menikmati makanan, sedangkan Meta malah sempat membicarakan kegiatan organisasi.

"Bang Ian Pardede dosen Ilmu Politik dari USU"

"OoOooo, bapak Ian dosen FISIP yang jadi Idola Mahasiswi itu toh?"

"Iya.. yang mana lagi kalau bukan beliau? Meta ikut gak tanggal 20 Pebruari nanti ada Pelatihan Pendampingan Hukum Tingkat Nasional di Samosir nanti" tanyaku

"Aku gak bisa ikut, ada Kuliah yang gak bisa aku tinggalkan, kata bang Leo masih ada pelatihannya lagi untuk bulan depan"

"Sayang banget padahal mayoritas pematerinya adalah tokoh politikus kondang dan Pejabat Negara, denger-denger juga akan dihadiri bapak Gubernur"

Setelah pulang ke skretariat, Aku membuka surat yang telah aku terima siang tadi dari Meta:

Aku dan abang adalah manusia biasa

Oleh karena itu tidaklah salah apabila rasa cinta hadir begitu saja

Aku harap abang merasakan cinta apa yang telah aku rasakan selama ini

Hanya untuk abang tidak untuk yang lain

 

Ttd

Meta Fitriani

------------------

Tanggal 20 Februari nanti aku dan Uli akan memakai kendaraan umum menuju Samosir. Kondisi kesehatan Uli memang kurang baik, namun dia terlihat begitu semangat dan ingin ikut pelatihan ini. dan uli kelihatan sangat termotivasi untuk mengikutinya.

"Selain mempersiapkan pakaian, peralatan mandi dan lainnya, kamu juga harus menyiapkan baik-baik kualitas makalah!" cetus bang Jul kepadaku saat aku menata rapi baju yang akan kuletakkan di lemari.

"selain itu sep! Persiapkan dirimu saat screening nanti!" Bang Nandus juga ikut rembuk memberi pesan padaku.

"dan ingat! Uli harus pulang dengan utuh!"

"emangnya kamu orang tua Uli??" jawabku kepada Leo yang sok ikut seperti orang tua yang memberi pesan pada anaknya.

Terminal Amplas, 19 Februari 2020

Aku melihat jam tangan hitam di tanganku. Sambil menunggu Uli yang lagi ke Toilet.

"Lama banget nih anak! Makan apa dia tadi??" aku menggumam sendirian sambil duduk di waiting room. Dan kemudian meneruskan kebiasaan ngelamunku, tapi aku rasa ngelamun itu bisa menjadi inspirasi untuk karya-karya yang telah aku lahirkan selama ini.

"Usep Margono?"

"Maaf, anda siapa??" tanyaku

"Masak kamu tidak ingat dengan aku??"

Aku mencoba mengingat-ingat wajah orang yang telah membuyarkan lamunanku.

"aduh, awak masih kurang ingat!! Siapa ya??"

"Rospita Simbolon?" tebakku

"iya aku Rospita"

"Rospita yang saat SD dulu selalu dijaili cowok-cowok???" aku masih tidak percaya bahwa di depanku ini adalah Rospita teman saat aku masih kecil.

"iya!!!"

"kamu sekarang kuliah di Mana?" tanyaku untuk basa-basi

"Di Surabaya, ambil Informatika, aku akan pulang ke Samosir dalam waktu satu minggu kedepan.

Rospita adalah teman masa kecilku, dia selalu jadi korban kejailan teman-teman kelasku, dan sering kali aku membantu Rospita kalau dia sudah menunjukan muka melasnya. Tapi saat kelas 4 SD ia pindah sekolah karena keluarganya pulang ke tempat kelahirannya di Balige. Karena Bapaknya dipindah tugaskan ke Balige setelah menjabat sebagai Kapolresta Toba selama lima tahun. Akhirnya Uli yang kutunggu-tunggu sejak tadi datang juga dengan wajah yang pucat, aku takut sakitnya kambuh lagi.

"kamu gak apa-apa li?"

"gak apa-apa bang, jangan khawatir jika terjadi apa-apa, aku pasti beritahu abang!"

"Perkenalkan ini Rospita, teman saat aku masih kecil"

"saya Uli! Teman Bang Usep" Uli memperkenalkan diri

"Rospita Simbolon, salam kenal!"

"Kalian mau kemana?" Rospita bertanya basa basi

"mau ke Samosir"

"Kebetulan bangets, jadi kita satu bus ya!"

Terminal ini semakin ramai dengan penumpang, pengantar dan penjemput semakin berjejal. Rasanya ingin cepat masuk ke bus dan segera berangkat berhubung juga cuaca medan sangat panas. Uli tertidur di sampingku dan Rospita sibuk dengan Laptopnya mengotak-atik tampilan templatte. Semua ini gara-gara menunggu jadwal keberangkatan bus yang tidak menentu ini.

Walaupun aku memaklumi kondisi negeri ini, tapi masih ada rasa kesal terhadap layanan transportasi di negeri ini yang menyiksa penumpang, dengan alasan Mohon maaf ada kesalah teknis atau kesalahan prosedur. Padahal yang dituju adalah Destinasi Super Prioritas KSPN Danau Toba, akan tetapi aksesibilitas nya masih kurang memadai. Uli terlihat lelah setelah berjalan selama dua jam setengah menunggu. Setelah dua jam berlalu akhirnya busnya sudah tidak rewel dan kami pun berangkat. Sangat kebetulan banget posisi duduk kita satu barisan di dalam bus ini, Uli berada di tengah-tengah aku dan Rospita.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 3,5 jam, Akhirnya bus kami sampai di terminal dan kami segera menuju pelabuhan untuk melanjutkan perjalanan menggunakan kapal.

Ditawari Kerja, 15 April 2020

Disela-sela kesibukan sebagai pengurus organisasi yang sudah selesai kuliah, semabari saya juga mencari-cari pekerjaan karena tanggungjawab saya juga harus saya jalankan. Saya juga aktif menulis diblog pribadi saya. selain melatih diri, saya juga berpikir bahwa dengan menulis saya juga dapat belajar dan menulis juga mengharuskan saya banyak membaca buku dan artikel untuk dijadikan sebagai bahan referensi saya ketika menulis. Ketika sedang asik menulis, tiba-tiba hanphone saya bergetar tandanya ada yang menelepon.

"halo selamat sore bang Usep"

"ia halo, ini siapa bang?" tanyaku pada penelepon itu.

"saya Randy bang dari Warta Pagi.com. nanti malam ada waktu bg? Boleh ketemu sambil diskusi-diskusi bg untuk kami muat di media kami tentang perkembangan pariwisata danau toba. kami dapat rekomendasi dari beberapa teman, mereka menawarkan nama abg jadi kami hubungi abang" jelasnya

Tanpa berpikir lama, saya langsung menerima tawaran tersebut. Hitung-hitung menambah relasi dan biar masyarakat juga dapat pandangan dai sudut lain terkait dengan arah pembangunan danau toba.

"ok bang, maenkan.kita ketemu dimana nanti dan jam berapa kira-kira bang?"

"kita ketemu di Intermezo yang dekat Simpang Doker Mansur ya bang, jam setengah delapan" jawabnya

Wow, tempat yang cukup elit untuk sekelas pertemuan kami. Saya hanya anggota sebuah organisasi dan dia seorang insane pers media online yang untuk ukuran medan saja, tidak banyak orang yang tahu. Tapi ya sudahlah, berhubung nanti juga malam minggu aku tidak tahu akan kemana, mending aku diskusi-diskusi saja dengan mereka, gumamku dalam hati.

------------------

Malam harinya sekitar pukul delapan kurang 10 menit saya tiba dilokasi yang ditentukan. Setelah memarkir vespa yang saya gunakan, saya kemudian masuk sambil menelepon randy untuk menanyakan mereka duduk disebelah mana. Randy kemudian menjemput saya dan kami pun mengobrol dan diskusi dan juga sambil makan. Panjang lebar kami diskusi terkait dengan pembangunan Pariwisata Danau Toba.

"menurut lae kira-kira apa yang perlu dibangun di danau toba" tanya randy

"pertanyaan abang ini agak tempelate ya bang" candaku sambil tertawa

"menurut saya bang, pemerintah harus putuskan dulu, industry apa yang perlu dibangun di danau toba, apakah industri pariwisata atau indsutri perikanan, industri pertambangan, industri pabrik kertas atau industri apa. Kan itu dulu sekarang. Kalo yang mau dibangun adalah industri pariwisata, maka saran saya pemerintah harus menghentikan segala aktivitas dan  industri apapun yang tidak berhubungan dengan pariwisata di kawasan danau toba. yang kedua, sebelum membangun infrastruktur, pemerintah harus lebih dulu membangun kualitas SDM para pejabatnya di daerah, agar mereka bisa mengedukasi para pelaku pariwisata nantinya. Dan yang ketiga adalah pemerintah harus melibatkan masyarakat local dalam rencana pembangunan pariwisata danau toba dengan system Down -- Up. Yang artinya, bahwa ketika sebelum semua disiapkan, pemerintah harus melakukan kajian dan analisa dengan mendengarkan lansung aspirasi masyarakat dari bawah, seperti apa keinginan mereka. Sebab seluruh kawasan Danau Toba yang dihuni oleh beberapa jenis suku dan budaya pasti memiliki tradisi dan adat masing-maisng yang perlu untuk disampaikan dan diketahui oleh pemerintah sebelum melakukan pembangunan" jelasku panjang lebar

Setelah aku menjelaskan panjang lebar, tiba-tiba diujung percakapan kami yang tidak terasa sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam, bang randy mengeluarkan statemen yang sedikit mengejutkan ku

"abang tertarik nggak kerja di Lembaga ini"

"waduh, kok kesini arahnya bang" sahutku sambil tertawa

"abang sudah tamat kuliah, abang juga harus berani menerima kenyataan bahwa setiap pergerakan memang memiliki resiko, kami menawarkan ini sama abang, karena kami yakin apa yang menjadi idea bang akan dapat kita kembangkan di lemabag ini" bang randy coba membujuk saya

"sampai detik ini, saya masih tetap dengan pendirian saya bang, terimakasih untuk usulan dan tawaranya" saya tolak tawaran mereka dengan halus

Dan setelah pulang dari pertemuan itu, sepanjang malam saya memikirkan tawaran tersebut, saya sempat hampir tergoda. Akan tetapi, tawaran itu akhirnya saya tolak mentah-mentah. Karena sedikit susah tidur pada malam itu, aku mencoba melihat-lihat keluar jendela dilantai 3 sekretariat kami yang masih gelap dan mencoba memejamkan mata. Cilaka, yang muncul justru wajah Uli yang membuatku gelisah dan semakin susah untuk tidur. Rupanya semua pasukan skretariat yang tidur disebelahku terganggu oleh kegelisahanku.

"mungkin kau harus tidur dengannya sep" Bang Nandus menggerutu sambil tetap memejamkan matanya

"jangankan mencium, memagang tangan dan mengajak nya bicara saja dia tidak berani" ucap Leo ikut-ikutan

Kimbeklah,tiba-tiba kok semua berani mengeroyok aku,seolah-olah mereka semua jagoan dalam pacaran. Keroyokan ini seperti gaya-gaya anak SMA yang tidak bermutu. Karena hal itu membuat aku makin susah untuk tidur dan teringat ketika kami bermain bersama di pantai pasir putih di kawasan Danau Toba tempo lalu, aku turun ke lantai 2 sembari menggoreskan catatan kecil di buku khususku.

Aku cemburu pada pasir putih danau toba

Yang kau perbolehkan memeluk dan mencium tanganmu.

Aku juga ingin menjadi pasir, 

yang bisa menempel diantara jari-jari kaki dan tanganmu.

Malam itu,sebelum aku kembali tidur, kembali aku teringat dengan tawaran bang randy. Sempat tersirat didalam pikiranku untuk mendiskusikan hal tersebut kepada teman-teman di organisasi. Akan tetapi,aku sudah memikirkan matang-matang bahwa itu akan aku simpan sendiri selamanya. Aku takut nanti teman-teman menilai aku dengan negative. Aku telah berjanji didalam diriku, bahwa sampai kapanpun aku akan tetap setia digaris perjuangan bersama rakyat dan sampai kapanpun, aku tak akan menggadaikan idealisme dan keyakinanku. Berjuang memang sangat lelah dan akan lapar, tapi aku tidak mau dibeli dengan harga dan tawaran apapun. Karena aku yakin,semua perubahan akan terjadi dan itu semua dimulai dari diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun