Mohon tunggu...
Rico Nainggolan
Rico Nainggolan Mohon Tunggu... Wiraswasta - quote

hiduplah layaknya bagaimana manusia hidup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Sepi Aktivis yang Tidak Terbeli

13 September 2023   13:43 Diperbarui: 13 September 2023   13:57 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teman saya yang telah lebih dahulu menginjakkan kaki di medan sejak tamat SMA itu adalah Swandry Pasaribu dan Buntora Sinaga. Mereka lebih memilih kuliah sejak tamat SMA. Setelah memberitahu mereka bahwa saya akan berkunjung ke tempat merka, kami berjanji disatu tempat dan mereka menjemput saya dari tempat itu. Setelah kurang lebih 7 hari saya tinggal bersama meraka, saya mengamati seluruh aktivitas mereka yang sedang kuliah tersebut. Mulai dari jadwal masuk kampus yang tidak selalu masuk jam 8 pagi, pulang nya kadang jam 10 pagi atau kadang masuk jam 2 siang dan pulang jam 4 sore. Yang menimbulkan tanya bagi saya apakah jadwal perkuliahan tidak sama dengan anak SMA dengan masuk setengah delapan pagi dan pulang jam 1 siang? Dan setelah mereka menjelaskan secara detail saya baru memahami dan betapa indah nya dunia mahasiswa ini. Itu pikiran saya diawal. Hahahaha. Kemudian saya memutuskan untuk kuliah setelah sebelumnya saya sampaikan terlebih dahulu kepada kedua orangtua saya.

Pada September 2014, sekitar tanggal 17, masa orientasi pengenalan kampus berlangsung selama 3 hari. Suka duka dan dinamika mahasiswa baru berlangsung sangat cepat. Tidak terasa, bulan Desember telah tiba dan masa ini adalah bulan perayaan natal bagi umat kristiani dan kampus saya adalah salah satu kampus swasta yang berada dibawah naungan Yayasan Katolik dan secara otomatis dan berdasarkan kebiasaan yang dilakukan para senior sebelumnya adalah pembentukan kepanitiaan. Dan jujur, jantung saya hampir berhenti berdetak ketika dihadapkan dengan proses pemilihan ketua panitia natal tersebut. 

Yang dalam bayangan saya, bahwa pembentukan kepanitiaan itu adalah kedamaian dan sukacita, akan tetapi saya salah. Sengitnya pemilihan tersebut, sampai harus membuat ruangan itu seperti kapal pecah ditambah dengan bentrokan yang dilengkapi dengan samurai dan parang panjang. Seperti terminal yang berisi preman untuk memperebutkan sebuah lahan, itulah gambaran situasi saat itu. Dan seketika saya pulang dengan sangat jantungan dan sedikit trauma. Perguruan tinggi yang didengung-dengungkan sebagai tempatnya orang-orang pembawa perubahan dan agen perubahan ternyata tidak seindah itu.

Setelah kembali dari kampung menghabiskan jatah liburan akhir tahun yang diberikan oleh kampus, duniaku kembali disibukkan dengan rutinitas mahasiswa pada umumnya. Kampus, kos, belajar, tidur, makan, mandi dan bermain. Hingga pada awal bulan Maret 2015, degan ajakan dan bujuk rayu seorang senior yang kebetulan adalah satu kampung saya, maka saya bergabung dengan organisasi mahasiwa ekstra kampus tersebut. Setelah menjalani beberapa kali pelatihan dan pengembangan diri, tibalah masa dimana angkatan kami harus menjadi pemgurus organisasi ini. Terlibat aktif dari 2016 hingga 2020, banyak hal yang saya dapat dalam dunia organisasi yang tidak saya dapat didalam dunia perkuliahan. Pertemanan, jaringan dan pengetahuan yang sangat bermamfaat bagi saya.

Nandus Manik adalah seorang teman yang kebetulan seorang senior di organisasi ini dan dia menjabat sebagai ketua. Dengan perawakan yang tinggi putih dan humanis serta sebagai pengurus utama organisasi dia sangat berjasa dalam merekrut kader-kader baru. Terutama para cewek yang selalu terperangah dengan ketampanannya. Perekrutan kader itu telah kami lakukan 3 bulan lalu. Uli, Meta, Luluk, dan Ana merupakan jajaran cewek yang paling cantik diantara cewek-cewek cantik yang menjadi korban rayuannya untuk masuk organisasi.Nandus Manik adalah seorang sarjana muda yang bulan kemarin telah diwisuda. 

Dia adalah Sang Ketua organisasi, sosok yang sangat disegani oleh teman-teman pengurus. Di kampuspun selain mendapat predikat terpuji dengan nilai IPK 3,55, dia juga menjadi sorotan postif para dosen. Ia juga jadi panutan bagi aktivis Organisasasi lain, karena berprestasi juga sebagai seorang mahasiswa Pertanian. Saya bersama beberapa pengurus lain memang sengaja tinggal di skretariat organisasi, selain untuk mempermudah komunikasi dan pelaksanaan program, dari sisi ekonomi juga lebih hemat, karena kita hanya akan patungan bayar uang air dan listrik. Seperti biasa, ketika sore saya biasanya duduk-duduk sembari menikmati kopi sambil membaca buku di perpustakaan mini skeretariat kami. Ada satu buku yang membuat ku sempat melamun saaat membacanya dan Ketika aku hendak merebahkan tubuhku dibangku teras sekretariat, ada suara datang menyambutku.

"bang, habis dari mana?" Sahut Sirdo kader baru yang kelihatannya bisa meneruskan perjuangan misi organisasi ini.

"Oh kamu Sir, baru baca-baca buku aja." Sahut aku dengan malas.

"baca buku apa neh bg?" Tambahnya tidak terima jawaban itu saja.

Tambah males aku jawab "baca buku PKI ( Petani Kopi Indonesia ), oh ya kamu tahu Bang Nandus di mana?"

Dia membalas jawabanku dengan selorohan "Biasa Bang Nandus lagi 'meeting' dengan cewek-cewek di Kampus."

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun