"Wah reputasi sang petualang cinta ternyata sulit untuk surut dari abang yah, yang telah abang sandang selama ini, abang tahu sampai sedetail ini... Hebat bangets..!" Pujiku padanya.
"Oya bang, nanti kita jam 1 siang ada rapat bersama anak-anak Cipayung lain! Abang lupa kan?" Aku sengaja membelokkan tema omongan ini.
"Ya jelas nggak lah, itukan salah satu kewajiban kita, kalau Adi aku tidak tahu, diakan akhir-akhir ini sering pulang dan bolos kuliah!!" Sambil melirik, Nandus mengkritik Adi.
Tampak mengakui kebenaran perkataan itu Adi kemudian menjelaskan semuanya "Ya...ya aku salah, tapi omong-omong rapat apa nanti?" Adi penasaran
"Rapat bagaimana biar para pengurus tidak ngejomblo, kan brand image kita selama ini organisasi para pecinta." Sindir Bang Nandus padaku.
"Rapat nanti intinya ngomongin tentang pernyataan sikap kelompok mahasiswa dan pemuda terkait dengan adanya penolakaan pembangunan salah satu gereja di Provinsi Jambi ." Aku meluruskan omongan Bang Nandus.
Usai rapat yang sangat melelahkan dan menguras pikiran itu, karena kami akan melakukan aksi damai di depan Kantor Gubernur, pada pukul 5 sore aku pergi ke kamar mandi. Dan Bang Nandus setelah Maghrib langsung keliling Kost-kostan cewek. Seperti biasa tebar pesona. Kalau aku sendiri langsung memegang buku tulis 'khususku' yang berisi hasil rapat, perencanaan, manajeman dan isi curhatku pada Tuhan. Lantas kugoreskan tinta pada kertas kuning buku kesayanganku ini. Kutuliskan perasaanku:
"Tuhan, aku tahu bahwa segalanya ada dalam skenariomu"
Tapi,mungkinkah kau menginjinkan hambamu ini menuliskan skenarionya?
Aku tau bahwa Diri ini bukan makhlukmu yang paling sempurna
Tapi aku adalah lelaki biasa yang membutuhkan cinta"