Mohon tunggu...
Rico Nainggolan
Rico Nainggolan Mohon Tunggu... Wiraswasta - quote

hiduplah layaknya bagaimana manusia hidup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja yang Tak Tergapai

10 Agustus 2023   21:19 Diperbarui: 10 Agustus 2023   21:44 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"kak, nanti tanggal 17 Februari ada kegitan gak?" isi pesan Linggom ke Eka.

Tak berapa lama, Eka membalas pesan Linggom "kenapa bg? "

"kalo sempat, kaka datang ya, ada pelantikan kami dan sekalian seminar di Catholic Centere daerah Pringgan jam 09.00 pagi kak"

"ok bg, kalo sempat aku datang" jawab Eka dengan singkat

"ehk kak, semisalnya aku minta nomor telepon seluler kakak bisa gk?" Entah setan apa yang merasuki Linggom, baru kali ini dia berani meminta nomor hp wanita walaupun lewat IG.

"untuk siapa bg?ada yg nyuruh ya?" balas Eka.

"ya untukkulah, kan aku yang minta" Jawab Linggom dengan sok santai

Dan kemudian jawaban Linggom itu dibalas dengan beberapa angka acak yang ternyata adalah nomor hp Eka. Dan seketika Linggom langsung mengirimkan pesan lewat WA terhadap nomor yang diberikan oleh Eka dan sekaligus memastikan apakah nomor itu adalah benar-benar milik Eka.

Dan sejak saat itulah babak baru dimulai

Entah siapa yang memulai dan bagaimana awalnya, susah untuk dijelaskan. Linggom yang biasanya hanya bermodalkan wifi gratisan, kini seperti seolah harus dan wajib mengisi paket data hp nya. Tidak ada yang tau sebab dan alasan untuk memastikan paket hp selalu ada tapi yang pasti Linggom seolah harus mengaktifkan notifikasi hp nya kala pesan wa ada yang masuk dan tidak jarang Linggom sesekali hanya sekedar melihat gambar profil dari nomor wa yang baru mengisi daftar penduduk di hp nya. Yang walaupun terkadang gambar profil wa nomor tersebut tidak ada alias tidak pakai foto profil.

Seiring berjalanannya waktu, kini Eka dan Linggom sudah mulai terbiasa dengan chat dan teleponan sampai larut malam dan bahkan sampai dini hari. Entah apa yang mereka bahas, mulai dari keluarga, tempat tinggal, hoby, akademik dan sampai pada kampung halaman serta keluarga. Hari demi hari mereka lalui dengan chat dan teleponan dan sesekali video call-an. Entah kapan persisnya, kini Linggom sudah mulai terasa nyaman dengan keakraban mereka. Dan tak jarang kata rindu juga terucap dari percapakan mereka, walalupun itu hanya lewat dunia maya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun