Mohon tunggu...
Rico Nainggolan
Rico Nainggolan Mohon Tunggu... Wiraswasta - quote

hiduplah layaknya bagaimana manusia hidup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja yang Tak Tergapai

10 Agustus 2023   21:19 Diperbarui: 10 Agustus 2023   21:44 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejujurnya harus kuakui, soal perasaan itu memang ada, but its too complicated for you

Sore itu, cuaca mendung menemani Linggom membersihkan vespa kesayangannya untuk persiapan malam mingguan yang tujuannya entah kemana. Sembari membersihkan vespa, music reggae selalu setia menemani telinga Linggom yang memang sengaja diputarnya saat membersihkan vespanya. Saat tangan Linggom masi berdandan dengan oli kotor vespanya, tiba-tiba lantunan music reggae berubah jadi nada panggilan telepon yang dengan seketika Linggom menjawab panggilan itu. Maklum,Linggom terbilang jarang untuk menerima telepon dari siapapun, karena memang sehari-harinya dia lebih menikmati kesendirian dengan alasannya yang klasik bahwa dengan sepi kita dapat mengerti arti dari kesetiaan.

"haloooo bg? Apa cerita" sahut Linggom dengan logat medan nya.

"nanti malam kemana bang gom?"

"kosong bang, kemana kita bang Daniel? Tanya Linggom, sambil mencabut carger hp nya

"cocoklah itu bang, nanti sekalian jalan-jalan kita bang, kawani dulu aku jemput si Mei ya bang "pinta Daniel dengan nada memohon dan sedikit tertawa. Yang pada saat itu Daniel dan Mei ternyata lagi dekat atau pdkt-anlah istilah Gen Z dan Generasi Milenial

Tanpa berpikir panjang Linggom langsung menyetujui tawaran Daniel tadi. Pikir-pikir dikos juga tidak ada kegiatan apa-apa gumam Linggom.

"ok bang, bungkus" sambar Linggom.

Tepat pada tenga delapan malam, Linggom bergerak menemui Daniel dan Akbar yang sudah menunggu di SPBU Simpang Pemda. Dengan segera Linggom pun mengisi bahan bakar (minyak)  vespanya dan kemudian mereka bergerak bersama menuju tempat Mei berada. Sambil menikmati kemacetan kota Medan dimalam minggu, Linggom, Daniel dan Akbar saling mendahului membawa vespanya masing-masing karena memang ketiganya adalah pecinta kuda besi tua yang terbilang unik dan sedikit merepotkan bagi sebagaian orang yang tidak memahami arti dari ber-vespa.

Linggom yang sejak awal tidak tahu arah tujuan kemana mencoba memecah kebisingan dan kemacetan lampu merah Johor.

" kita jemput kemana Bar?" panggilan akrab untuk Akbar

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun