Mohon tunggu...
Try Kusumojati
Try Kusumojati Mohon Tunggu... -

selalu ingin tahu lebih

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mirna dan Dosa (Pertemputan Hati)

28 Februari 2011   05:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:12 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Suami mbak Dina tinggal dimana mbah?” Aku semakin penasaran, entah mengapa rasa ingin tahuku tentang mbak Dina semakin menjadi-jadi.

“Suami Dina tinggal di Jogja bersama istri tuanya. Dia hanya sekali seminggu ke semarang untuk menjenguk Dina dan Aldo. Dia orang sibuk, anggota DPRD.”

Aku terdiam mendengar penuturan mbah Karti. Mbak Dina, anak satu-satunya telah menikah dengan seorang pria tua. Mbah Karti sepertinya tidak mempermasalahkan hal tersebut. Apalagi, pernikahan mbak Dina dan pria yang usianya jauh lebih tua itu telah menghasilkan seorang cucu baginya. Seorang anak kecil yang lucu. Mbah Karti terlihat sangat menyayangi Aldo, cucu pertama dan satu-satunya. Sama seperti ibu yang begitu mencintai Anjas. Mendengar cerita mbah Karti, aku jadi teringat om Jerry. Pria tua yang baik dan ramah. Om jerry juga pernah mengajakku menikah. Tapi aku menolaknya. Aku tak ingin menjadi istri yang kedua. Aku tak sanggup menjadi seperti mbak Dina. Walaupun sesungguhnya, aku juga mulai mencintai om Jerry. Kehangatan dan kasih sayang yang ia berikan sungguh membuatku ingin terus bersamanya.

Bunyi handphone yang kuletakkan di samping kepala membuyarkan lamunanku tentang om Jerry. Segera ku ambil HPku. 1 pesan di terima.

“Mir, ini aku, Bayu..”

Aku terkejut. Jantungku berdegup kencang.

“Ada apa neng ayu?” Mbah Karti melihat perubahan dari raut mukaku. Naluri seorang ibu, dia seperti tahu bahwa ada sesuatu yang sedang melandaku.

“Gak apa-apa mbah. Ini ada sms dari temen.” Aku menjawab dengan singkat.

Mbah Karti membuka jarik yang menutup kakiku. Bagian punggung sudah selesai, sekarang bagian kaki. Aku masih memandangi HPku. Nomor tidak di kenal yang tadi meneleponku berkali-kali ternyata nomor Bayu. Darimana dia tau nomor Hpku? Aku bertanya-tanya dalam hati. Pasti mami Sarah. Iya, pasti. Semalam Bayu pasti menanyakan nomor teleponku pada mami Sarah.

“Jangan ganggu aku lagi!!!” Aku membalas sms dari Bayu.

Tak berapa lama, Bayu sudah membalasnya. “Aku hanya ingin bertemu Mir. Ada sesuatu yang ingin ku ceritakan. Kamu pasti ingin tau.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun