“Di belakang adek yang manis. Sini tante anter. Mbah lagi masak.” Ujarku.
Kugendong anak itu dan ku antar menuju kamar mandi. Anjas mengikuti dari belakang. Anak kecil yang sedari tadi bermain-main dengan Anjas ternyata bernama Aldo. Anak siapa ini? Batinku dalam hati. Apa hubungan anak ini dengan mbah Karti?
“Makasih tante.” Kata anak itu kepadaku.
“Sama-sama Aldo. Njas mau pipis juga gak?” Mataku melirik Njas yang sejak tadi mengekor di belakangku.
“Enggak bu. Yuk do, kita main lagi.” Anjas menggandeng tangan Aldo dan mengajaknya bermain.
“Jangan jauh-jauh ya, sebentar lagi kita makan bareng.”
“Iya bu.” Jawab Njas sambil berlalu.
Ibu sudah berada di dapur ketika aku kembali. Banyak peluh di tubuhnya. Sepertinya ia telah selesai membereskan rumah. Sebuah pekerjaan rutin baginya. Bukannya aku tak ingin membantu ibu membersihkan rumah, tetapi ibu selalu menolak ketika aku menawarkan bantuan. Pernah sekali waktu aku menyempatkan diri menyapu halaman dan membersihkan kamar mandi. Ibuku langsung marah ketika mengetahui hal itu. Aku tak pantas melakukan pekerjaan kasar seperti itu. Sejak saat itu, Ibu selalu melarangku mengerjakan pekerjaan rumah.
“Mir, coba kamu panggil Aldo dan Anjas. Ini makanannya sudah siap..”
“Baik bu.”
“Aldo, Njas. Main-nya udahan dulu. Ayo kita makan sama-sama..”