Aldo dan Njas berlari riang ke arahku. Baju mereka lusuh dan kotor. Tangan dan kaki mereka penuh dengan debu. Anak-anak kecil tanpa dosa ini terlihat sangat bahagia.
“Ayo, tangan dan kakinya di cuci dulu. Habis itu makan.” Ibu menyuruh kedua anak itu untuk membersihkan diri.
Masakan mbah Karti sungguh enak. Bahkan harus di akui, masakan mbah Karti jauh lebih enak di banding masakan ibu. Sesekali ibu menegur Njas dan Aldo yang bercanda ketika sedang makan. Mbah Karti tertawa geli melihatnya. Aku sungguh menikmati suasana ini. Kebahagiaan jelas terpancar di wajah ibu dan Njas. Ah, betapa aku mencintai keluarga ini
**
Aldo dan Njas sudah tertidur. Mereka pasti kelelahan setelah seharian bermain. Aku membantu ibu dan mbah Karti mencuci piring. Wajah ibu terlihat pucat. Aku menyuruhnya untuk beristirahat. Ia menolak, tapi aku memaksa. Ia mengalah. Setelah mencuci piring yang terakhir, ibu menuju kamar tidurnya.
“Ayo neng ayu, jadi mbah pijit?”
“Mbah Karti ga cape?”
“Enggak neng. sudah biasa.”
Aku mengajak mbah Karti kedalam kamarku. "Di dalam saja mbah."
Mbah Karti menganggukkan kepalanya, tanda setuju. Kucopot pakaianku satu-persatu. Hanya celana dalam yang menempel di tubuhku. Aku mengambil kain jarik berwarna coklat untuk menutupi tubuhku. Mbah karti terlihat sibuk menyiapkan minyak urut. Sembari menunggu, kusempatkan untuk melihat handphoneku. Ada enam missed call. Dua dari Oom Jerry, dan empat dari nomor yang tidak dikenal. Pasti orang iseng, pikirku. Om Jerry sempat mengirimkan pesan singkat, “Kamu dimana sayang? Kok ga ada di salon? Om kangen nih..” Sempat ingin kubalas sms dari om jerry, tapi kuurungkan niatku. Nanti saja, saat ini aku tak ingin di ganggu oleh siapapun. Aku ingin menikmati hari-hari bersama keluargaku. Aku ingin istirahat.
Mbah Karti sudah selesai menyiapkan minyak urut. "Telungkup neng ayu.."