Jean Baudrillard menamakannya dengan dunia simulasi. Manusia berada pada ruang realitas dimana perbedaan antara dunia nyata dan dunia fana, dunia nyata dan dunia tiruan sangat tipis. Ruang-ruang yang tidak memperhatikan kategori-kategori nyata seperti, semu, benar, salah, fantal, referensi, representasi, realitas, citra, produksi, reproduksi. Semuanya telah muncul dalam tanda-tanda.
Pandangan filosofis Ki Ageng Suryomentaram
Pandangan filosofis Ki Ageng Suryomentaram mengarah pada rasionalitas akomodatif yang menempatkan makna hidup masyarakat dalam mencapai kebenaran dan kebahagiaan. Dalam masyarakat postmodern, keakuratan seluruh prinsip moral relatif diakomodasi pada lingkungan individu yang bersangkutan atau seleksi. Namun komunitas manusia mempunyai pedoman (adat istiadat, moral, nilai) dalam hidupnya. Dalam pandangan Ki Ageng Suryomentaram, terdapat beberapa pendekatan terhadap hasrat manusia yang sampai taraf tertentu masih sesuai untuk menghadapi era postmodern. Pendirian filosofisnya dapat melahirkan kehidupan masyarakat yang harmonis. Masyarakat postmodern cenderung individualistis dan pandangan Ki Ageng tentang persatuan antarmanusia bisa menjadi obat bagi individualisme semacam itu. Dalam konteks Indonesia, pandangan Ki Ageng tetap menjadi rumusan filosofis yang besar untuk menjaga kearifan lokal dan keberagaman masyarakat tetap hidup dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H