Mohon tunggu...
TRIYANTO
TRIYANTO Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa_Universitas Mercubuana

NIM: 55522120004 - Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 15_Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram_Transformasi Audit Pajak dan Memimpin Diri Sendiri

8 Juli 2024   13:43 Diperbarui: 8 Juli 2024   13:53 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Olah sendiri

4. Sa-cukupe (Secukupnya)

Prinsip ini menekankan bahwa sebagai Wajib Pajak harus memberikan seutu penjelasan yang cukup dalam proses pemeriksaan sedang berlangsung, Wajib Pajak tidak hanya memberikan keterangan secara lisan namun bukti dan data yang digunakan sebagai pendukung audit juga harus disiapkan dengan benar dan cukup untuk menanggapi auditor pajak.

5. Sa-mesthine (Semestinya)

Bagi otoritas pajak dan Wajib Pajak prinsip ini penting, karena mereka harus bertindak sebagaimana mestinya orang yang memeriksan dan orang yang diperiksa. Wajib Pajak sangat membutuhkan sifat otoritas pajak yang penuh dengan rasa empati. Karena dengan rasa empati dari auditor pajak maka mereka akan memposisikan diri mereka sebagai pihak yang sedang diperiksa.  Namun, tetap dalam pemeriksaan harus selalu hati hati dan sesuai dengan ketentuan dan menjunjung nilai nilai dan norma sebagai manusia.

6. Sabenare (Sebenarnya)

Wajib Pajak harus menyampaikan informasi yang sebenar-benarnya untuk membantu otoritas pajak dalam melakukan pemeriksaan. Informasi yang benar maka akan membantu Wajib Pajak jika ada kekeliruan atas hasil yang dilaporkan oleh tim audit pajak. Prinsip kebenaran harus diterapkan oleh setiap Wajib Pajak karena guna menghindari adanya praktik kecurangan dan manipulasi dalam penyajian informasi ke pihak yang membutuhkan.

Pemikiran Filosofisnya

Menurut Ki Ageng Suryomentaram, manusia sebagai makhluk hidup mempunyai akal. Manusia bertindak dengan pemikirannya yang terbentuk dari suatu pemahaman yang terakumulasi menjadi suatu ilmu. Hal inilah yang membedakan manusia dengan binatang yang bertindak hanya berdasarkan naluri saja. manusia adalah makhluk sosial. Jadi hidup manusia adalah bergaul dan bersosialisasi. Tentunya pemikirannya juga sesuai dengan nilai-nilai masyarakat Jawa yang menjunjung tinggi konsep keharmonian manusia. Keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia lainnya, alam, dan Tuhan. “Siapa yang mencari kebaikan tanpa meyakinkan orang lain (tetangga), serta menjerat lehernya sendiri.

Jiwa manusia disebut Kramadangsa, artinya manusia pada hakikatnya adalah makhluk Tuhan yang selalu mempunyai unsur jasmani dan rohani pada dirinya. Sifat Kramadangsa menyertai beberapa catatan kehidupan yang melandasi keberadaan individu sebagai manusia.

Menurut Ki Ageng hakikat manusia adalah akal. Rasa terbagi menjadi rasa badan, rasa hidup, rasa diri, dan rasa kekal. Sense of body terdapat pada tubuh manusia, misalnya; lapar, sakit, sejuk, panas, haus, panas, dan dingin. Pengertian hidup merupakan kemauan dasar hidup yang ditandai dengan keinginan untuk bertahan hidup. Rasa ego adalah perasaan memiliki kecenderungan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Arti abadi adalah mencapai tingkat kebenaran universal, hukum abadi, bagian dari alam, dalam nasib yang sama dan memiliki kemauan untuk menerima kenyataan bahwa kehidupan ‚di sini, seperti ini dan sekarang. Indra merupakan perwujudan jiwa.

Kawruh Jiwa lebih tepat digambarkan sebagai ilmu (dapat digolongkan sebagai filsafat atau psikologi manusia). Karena mempunyai bahan dasar dan metode yang jelas, disajikan secara sistematis dan logis, maka dapat digunakan untuk menganalisis dan memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari secara fungsional. Kawruh Jiwa adalah ilmu jiwa, atau ilmu untuk mengetahui sifat-sifat jiwa. Jiwa adalah bagian yang tidak kasat mata dari manusia; Jiwa tidak dapat diterima oleh panca indera, berbeda dengan tubuh manusia yang merupakan bagian kasat mata manusia. Kawruh Jiwa bukanlah perilaku agama, asketisme atau pantangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun