"Ya sudah, gak usah dicari. Menikahlah lagi secepatnya, biar bisa menghapus aib ini, dan supaya orang kembali mengakui keluarga kita sebagai keluarga yang mulia, yang selama ini selalu dihormati dan dijadikan panutan!"
Klebat menjatuhkan tubuhnya pada kursi, tampak kusut dan kehilangan semangat.
"Kenapa dia sampai lari?" pancing Eyang Wotwesi penasaran, "Apa kalian habis bertengkar?"
Dengan wajah tertunduk Klebat mengaku, "Saya menculik anak gadis Ki Demang Jombang, Eyang!"
"Ha..ha..ha.., itukah gadis yang selama ini kamu cintai? Jangan kamu pikir eyang tidak tahu. Kamu sembunyikan di mana dia?"
"Di kamar!"
"Kalau kamu jujur sama eyang, kan eyang bisa minta baik-baik ke orang tuanya!"
Saat itu Ki Dewan muncul dan melaporkan bahwa tempat mereka sedang didatangi Pendekar Pedang Akhirat dan para pengikutnya. "Mereka tampak sangat marah dan memaksa masuk. Kini masih dihadang murid-murid tingkat pertama!"
"Apa yang membuat mereka begitu gila sehingga berani menyerbu tempat kita? Ayo kita beri mereka pelajaran yang paling kejam!"
"Pasti karena anaknya aku culik!" desah Klebat setengah menyesal. Ia masih sedih memikirkan bambu pusaka andalannya yang hilang bersama istrinya.
"Ha..ha..., gak usah khawatir!" hibur Eyang, "Sekali pun mereka menyandang nama besar, mereka bukan apa-apa bagi kita!"