Ketika ia mengambil kantung hitam yang berisi pusaka bambu, salah satu pusaka yang paling ampuh di dunia, ia berlutut di depannya sambil mengucapkan mantra. Kemudian ia menukar dengan bambu miliknya, dan mengembalikan kantung hitam itu di bawa baju suaminya.
Sebetulnya itu tindakan yang bodoh jika mengira Klebat tidak akan mengetahui jika pusakanya telah ditukar, karena Klebat akan dengan mudah merasakan energi yang sudah terbiasa dan menyatu dengan dirinya.
Dengan segera Kencana berjalan cepat menuju kamar angker di mana Alya dan Zulaikah disekap. Kamar di bagian paling belakang bangunan puri itu memang selalu sepi, bahkan Kanjeng Wotwesi pun tidak setiap hari memasukinya. Hanya di hari-hari tertentu.
"Kalian baik-baik saja?" tanya Kencana setengah berbisik. Ia kagum melihat kedua anak gadis yang begitu tegar itu.
"Alhamdulillah baik, Mbak!" jawab Alya juga berbisik. Mereka tidak mau membangunkan Zulaikah yang tengah tertidur di pangkuan Alya.
"Aku bawakan camilan buat kalian!"
"Terima kasih!"
Sambil tersenyum Kencana bilang bahwa ia akan menemani mereka bersembunyi di situ. Di ruang itu banyak bagian gelap yang bagus untuk bersembunyi. "Seandainya nanti suamiku mencari, bilang tidak tahu ya!"
"Baik!" Alya sudah tidak lagi merasa heran dengan keanehan-keanehan pasangan suami istri itu.
"Sebentar lagi malam! Jadi tidak ada lagi sorot cahaya dari ventilasi!"
***