Klebat panik setelah menyadari bambu pusakanya hilang, tepatnya ditukar dengan yang palsu. Bersamaan dengan itu ia juga tidak menemukan istrinya. Beberapa orang pelayan yang ditanyai juga tidak ada yang tahu.
Ia melaporkan kepada Eyang Wotwesi bahwa istrinya menghilang.
"Apa maksudmu menghilang?"
"Dia pergi, Eyang. Aku sudah cari ke mana-mana tidak ada!"
"Benarkah? Hm.., eyang sudah pernah menasehatimu untuk menceraikan istrimu itu! Biarkan dia pergi. Dia sudah benar-benar sinting. Eyang akan mencarikanmu istri yang seratus kali lebih cantik dari dia!"
"Tapi aku akan mengejar dan menangkap perempuan kurang ajar itu. Aku bersumpah akan melakukan itu, dan pasti akan kulakukan, biarpun aku harus terpaksa mengikat lehernya dan menyeretnya pulang!"
Menjelang malam, seluruh pelayan menyongsong kegelapan dengan menyalahkan lampu-lampu minyak dan memasangnya di seluruh sudut puri.
"Apa dia membawa lari sesuatu?" tanya Kanjeng Wotwesi sedikit curiga.
"Hm.., tidak!"
"Lalu kenapa kamu susah-susah mencarinya?"
"Karena dia mengkhianatiku!"