Tanpa diminta Nyi Lembok kemudian memaparkan tipe-tipe orang yang kebal terhadap santet.
Petama adalah tipe orang yang pengabdiannya terhadap keluarga sangat kuat dan bersedia mengorbankan segalanya demi keluarga. Ke dua adalah tipe orang yang mudah memaafkan dan tidak suka menyimpan dendam. Mereka sangat dihargai karena memiliki kerendahan hati yang terpuji. Ke tiga adalah tipe orang yang mampu mengendalikan dirinya dengan sangat baik, sehingga terlihat sangat tenang dan berwibawa. Selain teguh memegang prinsip, juga memiliki perasaan yang kuat dengan hal-hal yang berbau mistis. Ke empat adalah tipe orang yang mampu bersikap adil dan memberikan perlindungan kepada yang lemah. Mereka juga baik dalam menjaga amanah dan menjalankan tugas. Ke lima adalah tipe orang yang suka bercanda dan banyak tertsenyum. Mereka biasanya berjiwa sosial, jujur, mudah bersimpati dan mudah beradaptasi. Ini yang membuat ilmu hitam tidak mampu menembusnya. Ke enam adalah orang yang sangat dermawan dan penuh welas asih terhadap siapapun. Bahkan, jika ada dukun santet yang berusaha menyerang orang tersebut, akan berakibat fatal, sebab ilmu hitam akan berbalik menjadi senjata makan tuan. Yang terakhir, adalah tipe orang yang mempunyai cita-cita yang sangat mulia. Mereka adalah sosok yang berkepribadian teguh dan penuh percaya diri. Mereka ini sangat menakutkan dan sangat berbahaya jika diganggu, bahkan segala santet dan ilmu hitam akan menyerah, sebab orang tipe ini dilindungi para malaikat.
Nyi Lembok adalah dukun santet yang sempat bertaubat. "Dulu saya pernah mengalami gila gara-gara nekat mencoba menyantet seorang ulama. Kemudian saya diobati oleh guru saya, itu pun butuh waktu lama sampai saya benar-benar kembali pulih! Saya betul-betul sembuh setelah sepuluh tahun. Sementara orang yang menyuruh saya menyantet meninggal dunia dengan seluruh anggota keluarganya. Sangat mengenaskan!"
Kencana dan Prana saling berpandangan dengan perasaan ngeri. Cukup lama mereka terdiam.
"Maaf, apakah guru Nyi Lembok masih ada?" tanya Kencana sedikit ragu-ragu, "Mungkin kami bisa minta tolong kepadanya?"
"Apakah kamauan anda sudah benar-benar bulat? Artinya apakah anda siap menanggung segala resikonya?"
"Saya siap, Nyi!" jawab Kencana tegas.
"Baiklah kalau begitu!"
Dengan kereta kuda, Kencana dan Prana segera diantar oleh Nyi Lembok mendatangi tempat yang dimaksud.
"Guru saya, namanya Mbah Beluk, memiliki empat puluh murid di seluruh tanah Jawa!" cerita Nyi Lembok di Tengah perjalanan. Mereka melewati jalan yang agak menanjak. "Kalau saya tidak sanggup memenuhi permintaan pasien saya, saya biasanya akan minta bantuan Mbah Beluk!" ujarnya berterus terang.
"Kenapa hampir tidak ada orang yang tahu mengenai Mbah Beluk, Nyi?" tanya Prana, "Saya belum pernah sekalipun dengar namanya!"