Oleh: Tri Handoyo
Untuk menemukan alamat dukun sakti itu butuh perjalanan hamper sehari. Cukup sulit, karena rumahnya di pinggir hutan yang terpencil dari perkampungan.
Dukun itu bernama Nyi Lembok. Setelah Kencanawati mengutarakan maksud kedatangannya, dukun perempuan itu lantas minta waktu untuk bermeditasi beberapa saat.
"Saya sebagai dukun, saya siap mati untuk membela kebenaran!" ucap Nyi Lembok sambil menggebrak lantai tanah dengan sapu lidi. "Tapi, kali ini saya minta maaf karena tidak bisa memenuhi permintaan kalian?"
"Kenapa, Nyi? Saya bersedia membayar berapa pun biayanya!"
"Maaf, ini bukan soal biaya!"
"Kalau boleh tahu soal apa?"
"Kanjeng Wotwesi itu bukan orang sembarangan!"
"Iya, saya tahu. Dia orang yang sangat kaya..!"
"Bukan karena itu!" potong Nyi Lembok sambil menggelengkan kepala beberapa kali. "Begini..! Ada tujuh weton orang yang menurut Primbon akan kebal terhadap segala santet. Kanjeng Wotwesi bukan saja termasuk dalam weton yang kebal itu, tapi dia juga memiliki 'Perewangan' ratu jin. Dia sangat terlindungi. Itu yang membuat dia istimewa!"