Dalam waktu singkat Ki Renggo pun terkenal sebagai orang yang paling dicari oleh para pendekar bayaran demang. Lelaki berperawakan sedang, namun sepak terjangnya sangat merepotkan satu kademangan.
Mulailah terjadi serangkaian peristiwa berdarah yang tidak bisa dilepaskan dari nama Ki Renggo, yang berjuluk Berandal Lereng Argopuro.
Kademangan pun rela menghabiskan banyak uang untuk sekedar mencari informasi di mana keberadaan Ki Renggo.
Pada suatu hari seorang yang diperintah memata-matai kampung Ki Renggo melaporkan bahwa musuh kademangan itu pulang ke rumahnya. Kemungkinan yang hampir mustahil itu ternyata terjadi. Skenario penyergapan pun dilakukan.
Sekitar seratus orang dikerahkan untuk mengepung kampung Ki Renggo. Semua jalan keluar dijaga sangat ketat. Namun pengepungan itu ternyata sia-sia, tetap saja tidak berhasil menangkap si berandal.
Lolosnya Ki Renggo tentu saja membuat pasukan Ki Demang menjadi murka. Sebagai pelampiasan, mereka menganiaya seluruh warga kampung karena dianggap telah membantu pelarian Ki Renggo.
Mendengar kabar itu, Ki Renggo sangat menyesal dan merasa berdosa. Setelah itu dia memutuskan untuk menjadi pertapa di puncak Gunung Argopuro.
Suatu hari, Semi Rengganis, menemuinya di tempat pertapaan. "Apa artinya hidupmu ini? Apakah manfaatnya mengasingkan diri seperti ini? Apa gunanya bagi manusia lain?" serbu perempuan itu geram.
Ki Renggo hanya diam. Membisu seperti bebatuan yang ada di sekitarnya.
Saat kabar meninggalnya Eyang Semi beberapa hari yang lalu sampai ke telingnya, Ki Renggo memutuskan untuk turun gunung. Ia bertekad akan menyelidiki kematian kakaknya dan membongkar kejahatan Kanjeng Wotwesi.
***