"Yang lain lagi!"
"Maaf, Guru. Saya.., saya tidak tahu!" jawab Gandung dengan nafas terengah-engah.
"Renungkan dulu!"
Gandung berusaha berpikir keras. "Tapi maaf, saya tidak tahu, Guru!"
"Bukankah kamu yang memukul dada Manggala?"
Betapa terkejut Gandung mendengar itu. Ia pikir tidak mungkin ada orang yang tahu. "Ampun, Guru..!" Ia mulai menangis.
"Jadi kamu mengaku?"
"Iya, mohon ampuni saya, Guru! Maaf, saya menyesal!" Gandung kemudian melihat gurunya menjulurkan tongkat untuk menolongnya keluar dari sumur. Ia berpegangan pada tongkat itu dan ditarik keluar.
Betapa terkejut Gandung, ternyata ia berpegangan pada sebatang lidi yang di ujung lainnya dipegang hanya dengan kedua jari oleh Lintang. Ia terpaku melihat kakinya berdiri di atas rumput. Bajunya kering. Tidak ada sumur.
Ia lalu bersimpuh di kaki Lintang dan masih dengan berurai air mata. "Ampuni saya, Guru! Saya menyesal!" Ia berpikir gurunya itu pasti seorang wali yang memiliki karomah luar biasa.
Yang terjadi sebetulnya, Lintang hanya menggunakan ilmu mempengaruhi pikiran orang, seperti yang pernah ditunjukan oleh Mbah Gendam kepadanya beberapa tahun yang lalu.