"Saya dengar yang memimpin Lintang Si Pendekar Pedang Akhirat itu? Tapi saya juga dengar rakyat sangat mencintai dan memuji-muji mereka, Paman?"
"Kamu pasti sudah banyak mendengar!" Ki Wiryo menarik nafas panjang, "Aku tidak heran!" katanya dengan suara masih tenang, "Nak, dunia ini memang semakin lama semakin kotor oleh perbuatan manusia-manusia munafik. Tidak ada kejahatan yang paling keji, selain fitnah. Dalam urusan ini pun aku rasa ada pihak yang sengaja melakukan fitnah terhadap aku, dan aku tahu siapa mereka! Ki Demang Japa dan Lintang. Mereka memutarbalikan fakta!"
Ki Wiryo Kertosastro berhasil membuat Arya Dewandaru terpesona dan akhirnya mempercayai semua kata-katanya, padahal dia dan orang-orangnyalah yang sesungguhnya selama ini suka menyebarkan fitnah untuk menjatuhkan nama Benteng Nusa.
Ki Wiryolah yang ahli memutarbalikan fakta. Perguruannya, Macan Abang, bukan dilarang oleh pemerintah, melainkan sebagian besar murid-muridnya tewas pada saat mereka menyerbu Padepokan Benteng Nusa. Kemudian bisnis penginapannya, Pesanggrahan Seribu Kembang, yang sesungguhnya adalah tempat pelacuran dan perjudian terselubung, bukan disita oleh pemerintah, melainkan diserbu dan dibakar oleh masyarakat setelah pasukan Demak berhasil menaklukan kerajaan Dyah Ranawijaya.
Seorang pembantu perempuan tua mengantarkan berbagai hidangan makanan dan minuman. Ia mendengar penuturan sang juragan kepada tamunya dan ia berkata dalam hati, 'Ketika menjabat demang, kamu dulu justru penindas dan pemeras rakyat. Sekarang berlagak seolah-olah sebagai seorang negarawan. Mengkritik dan menuduh pemimpin tidak berpihak kepada rakyat. Huu..., kamu sangat benci kepada Padepokan Benteng Nusa lantaran hanya padepokan itulah satu-satunya yang berani secara terang-terangan menentang semua kelakuan jahatmu!'
"Mbok, apa kamu sengaja mau menguping pembicaraan kami?" bentak Ki Wiryo ketika melihat pembantunya itu berlama-lama menata hidangan.
"Maaf, Juragan!" jawab perempuan tua itu dengan gugup dan cepat-cepat meninggalkan ruang tamu.
"Dan yang paling menyakitkan kami," Ki Wiryo melanjutkan ceritanya dengan gigi gemeletuk menahan amarah, "Ikatan tunangan antara pihak kami dengan Benteng Nusa dibatalkan begitu saja oleh pihak mereka! Mereka jelas mengkhianati sebuah perjanjian suci. Itu hinaan yang sangat menyakitkan dan mencoreng muka kami!"
"Saya sempat mendengar juga kejadian itu!" timpal Dewan, "Bagaimana dengan Mas Warsito sekarang?"
"Dia sempat mengalami guncangan jiwa. Apalagi setelah tempat usahanya, Pesanggrahan Seribu Kembang, dihancurkan oleh orang-orang biadab yang dengki!" keluh Ki Wiryo prihatin, "Ayo kita temui dia di halaman belakang. Setiap hari dia menghabiskan waktu hanya untuk berlatih silat!"
Warsito Kertosastro, seorang pemuda berumur dua puluh sembilan tahun, sedang berlatih jurus cakar Macannya. Ia berlatih keras dengan tujuan agar bisa melampiaskan dendam kesumatnya. Ia yang mendapat julukan Si Cakar Macan itu mencurahkan segenap pikiran dan tenaganya hanya untuk memperdalam ilmu beladiri.