Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar sang Pendekar (94): Pemutarbalikan Fakta

24 Oktober 2024   06:07 Diperbarui: 24 Oktober 2024   06:17 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Dewan kemudian berdiri dan menatap dengan seksama tubuh tanpa tangan dan kaki yang tergeletak di tanah itu. "Apa dengan kondisi seperti ini kamu nanti masih akan melakukan kejahatan, hah?"

"Bunuh saja aku!" Kakek buntung itu menduga-duga apa yang akan dilakukan lawannya itu ketika lelaki itu kemudian jongkok di sisi kepalanya. "Bunuh saja aku!" rintihnya diiringi air matanya yang mengalir seperti anak sungai.

Tidak disangka, tangan kiri Dewan memegang kepala Joko Petir dengan erat, sementara tiga jemari tangan kanannya berusaha mencongkel bola mata kanan kakek malang itu, dan menariknya keluar hingga darah mancur dari lubang mata.

Nyeri luar biasa menjalar ke syaraf-syaraf di sekujur tubuh, dan kepalanya sesaat terasa seperti pecah. Jerit kesakitan melengking tinggi, dan suara itulah yang membuat burung-burung berhamburan terbang meninggalkan sarangnya.

Tidak berhenti sampai di situ, Dewan yang sudah seperti kesetanan itu lantas memaksa Joko Petir membuka mulut dan menjejalkan bola mata itu ke dalam. "Makan!" perintahnya dengan suara galak. "Ayo makan! Kalau tidak mau, akan aku congkel lagi sebelah matamu!"

Dengan sangat terpaksa kakek malang itu mengunyah bola matanya sendiri sambil tak henti-hentinya menangis. "Ampuuun..!" ratap Joko Petir akhirnya.

Luluh juga hati Dewan mendengar itu. Bara api dendam sedikit berkurang. Ia kemudian bergegas pergi dari tempat itu sebelum iblis dalam pikirannya menghasutnya untuk berbuat lebih kejam lagi. Ia masih mendengar kakek buntung itu terus meratap memohon ampun.

***

Arya Dewandaru menyempatkan diri untuk mengunjungi salah seorang kerabatnya, Ki Demang Wiryo. Di pintu gerbang ia dicegat oleh beberapa orang penjaga yang curiga dengan penampilannya yang bercambang lebat.

"Ada perlu apa Ki sanak mau menemui Ki Wiryo?" tanya salah seorang di antara penjaga yang berjumlah dua orang.

"Saya adalah keponakan Ki Demang!" jawab Dewan, "Saya memang sudah sangat lama tidak ke sini, nah kebetulan saya lewat Jombang dan ingat punya paman di sini!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun