Dengan jantung berdebar penuh birahi, Lintang mencoba menenangkan diri. Ia tidak mampu menjawab karena merasa lehernya seperti tercekik.
"Bagaimana, Lintang?"
"Bagaimana apanya?"
"Kamu belum jawab pertanyaanku!"
"Aku juga gak tahu kenapa berkeringat!"
"Bukan yang itu, tapi apa kamu mau membantuku mencari kitab pusaka?"
"Oh..itu, aku.., aku pasti dengan senang hati akan membantumu Guru Arum!"
"Hei, berapa kali aku bilang jangan panggil aku guru!" Arum memakai baju longgar untuk tidur yang agak tipis dan tercetak lekuk tubuhnya yang sangat menggairahkan. Lintang berusaha mengalihkan pandangan matanya ke meja ukiran sambil menarik napas panjang. Tercium olehnya bau harum yang melenakan, keharuman yang sukar dicari bandingannya.
"Bagaimana kalau besok kita pergi ke Bukit Lintah?" tanya Arum sambil mengeliat dan sebelah tangannya menutup mulutnya yang menguap. Sekilas terlihat barisan gigi yang berjajar rapi seperti mutiara putih. Cantik sekali. "Aku sudah ngantuk. Mau tidur dulu!" katanya dan bangkit dari duduknya.
"Iya silakan. Selamat tidur, Arum!"
"Ha..!"