Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar sang Pendekar (72), Masa Merajalelanya Fitnah

23 September 2024   07:11 Diperbarui: 23 September 2024   07:15 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Lintang mengangguk tanda dia sepakat dengan itu. "Apa aku masih boleh tinggal di sini?"

"Ya, kamu kan janji mau mengajari aku ilmu pernafasan ajaibmu!"

"Baiklah!" Wajah yang tadi terlihat sedikit muram kini kembali ceria. "Terima kasih, Guru Arum!"

"Oh iya, aku masih ada keinginan yang dari dulu belum sempat terlaksana!"

"Apa itu?" tanya Lintang sambil matanya menatap sosok jelita di depannya dengan seksama. Semua yang ada pada sosok itu begitu enak dipandang. Gaya bicaranya, gerak tangannya, sikap duduknya, bahkan ketika jari-jarinya menggaruk lengan atau kakinya, semua seperti kepingan yang berharga dari rangkaian besar gambar, yang amat sangat sayang untuk diabaikan begitu saja.

"Soal kitab yang dijadikan rebutan para pendekar. Kitab itu dibawa oleh suamiku sewaktu mempelajarinya di puncak Bukit Lintah, dan sebelum sempat mengambilnya, suamiku menghilang. Nah, aku ingin mencarinya! Lintang maukah kamu membantuku mencarinya!"

"Kenapa tidak menyuruh orang yang menginginkan kitab itu untuk mencarinya sendiri!"

"Apa? Ngawur saja kamu itu. Mereka kan tahunya Kebo Kicak yang bawa, dan mereka pikir itu adalah kamu!" jawab Arum sambil menaikan sebelah kaki dan merubah posisi duduknya. "Lagipula, kitab itu akan berbahaya kalau sampai jatuh ke tangan orang jahat. Itu yang disampaikan suamiku!"

Ketika wanita jelita itu menaikan kaki, sempat pahanya yang putih terbuka. Lintang menelan ludah beberapa kali dan tubuhnya agak menggigil. Agaknya Arum kemudian dapat menangkap itu dan tangannya dengan cepat membetulkan kain roknya. "Ada apakah Lintang? Mengapa tubuhmu gemetaran?"

"Ahh.., tidak apa-apa, hanya.., rasanya agak dingin malam ini!"

"Dingin? Tapi kok dahimu berkeringat?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun