"Iya! Kami juga baru tahu cerita dia setelah siuman!" Ia berhenti dan kelihatan berusaha menyembunyikan perasaan takut, "Tidak lama kemudian, seorang lagi pingsan. Setelah sadar, dia mengaku melihat seorang pemikul belerang melewati rombongan kami, tapi tiba-tiba menghilang tepat di depannya berdiri!"
Sebetulnya saat itu masih sore, tapi karena mendung gelap, maka suasana menjadi seperti malam. Ditambah cerita horor, menjadikan suasana semakin mencekam.
"Terus yang ketiga saya sendiri yang pingsan!" sambung si ketua lirih.
"Kenapa?"
"Karena aku merasa tiba-tiba tersesat. Sendirian. Aku panggil-panggil gak ada yang jawab. Tahu-tahu sudah tidak sadar. Padahal menurut teman-teman, mereka ada di sekitarku dan melihat aku berteriak memanggil-manggil! Mereka pikir aku kesurupan. Setelah aku sadar, kami memutuskan untuk tidak meneruskan perjalanan. Kembali turun!"
"Oh pantesan sampai gak sadar ada yang ketinggalan, Mas!" sindir Tejo.
"Maksudnya?"
"Iya! Salah seorang anggotamu ketinggalan. Untung kami yang menemukannya!"
"Apa? Gak mungkin! Kami turun lengkap tiga belas orang!"
"Yang benar? Yakin?" giliranku bertanya.
"Yakin sekali!"