Mohon tunggu...
Tria Mustika Tresna
Tria Mustika Tresna Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

aku hanya muslimah yang tengah berjuang menjadi hamba Allah yang baik dan benar!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hasbunallah... Hidup dan Cintaku

6 Maret 2013   10:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:14 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Faris berteriak memanggilku dari halaman rumah. Rasa tidak sabarnya seolah menunjukan bahwa, dia ingin segera melamar Zahra menjadi pendamping hidupnya. Kucoba untuk menguatkan hatiku.

“Bismillah!”kataku keluar dari kamar.

Semua keluarga besar kami telah siap di halaman rumah. Aku segera mamasuki mobil Faris bersama ayah dan bunda. Kami semua berangkat menuju sebuah perumahan yang jaraknya beberapa belas kilo meter dari rumah kami.  Aku yang memang duduk disamping Faris sejak tadi, sesekali memperhatikan wajah kembaranku itu. Begitu tenang dan santai seolah-olah kami hanya bersilaturrahhmi ke  rumah kerabat.

“Kamu tidak deg-degan, Ris?”kataku memecah keheningan.

“Hahaha.. Fatir..Fatir.. nggak lah emang aku perang ke Palestina sampe deg-degan kaya gitu? Ada-ada aja!”katanya dengan nada santai seperti biasa.

“Kok, kamu hanya memakai batik seperti itu sih Ris mau lamaran? Kamu malah belikan aku yang jauh lebih bagus dari kamu Ris. Malah pake jas segala lagi”kataku agak sedikit terheran dengan penampilan Faris yang biasanya selalu sempurna dengan jas dan dasinya ketika menghadapi acara penting.

“Yang penting itu hatinya Mas Bro! pengen ikutin gaya kamu Tir, selalu santai dan gak neko-neko. Ya, secara aku kan mau ngeduluin ente Tir. Anggap aja supaya aku gak kualat sama kakakku sendiri karena dah ngeduluin ngelamar anak orang.”kata Faris tertawa lepas.

Aku hanya bisa tersenyum hambar. Mencoba berdamai dengan keadaan yang akan segera menghampiriku di depan mata. Mobil kami terus melaju menembus jalanan kabupaten Tasikmalaya. Hingga akhirnya kami sampai di sebuah rumah sederhana yang memang sudah sangat ramai di hadiri oleh kerabat dari masing-masing pihak.

Subhanallah, bahkan Zahra pun menyambut lamaran Faris dengan begitu sumeringah dengan pemandangan keluarganya seperti ini!”kataku dalam hati.

Aku mencoba untuk semakin menguatkan hatiku. Rasanya ada perasaan tidak sanggup menghadiri acara terpenting dalam hidup Faris dan Zahra ini. Ya Allah, akan sanggupkah hamba menjalani kehidupan ini dengan melihat kebersamaan mereka ditengah rasa ini. Lirihku dalam hati. Membuat air mata ini hampir saja terurai. Aku berjalan dalam ketidak sadaran hingga duduk diantara ayah dan bundaku. Faris yang sejak tadi tidak bisa diam, malah sibuk potret sana-sini tidak karuan, membuatku terheran. Memancing rasa aneh hingga, menyergapku hatiku seketika.

“Sudah siap Mas dengan ijab qobulnya nanti malam?”kata Sarah adiknya Zahra dengan senyuman manisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun