Mohon tunggu...
Dewy Trinra
Dewy Trinra Mohon Tunggu... -

Belum bisa mengdeskripsikan diriku sendiri tp yg aq tahu aku bahagia dengan kehidupanku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Darahku dan Cintamu

11 November 2012   05:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:38 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia menarik kedua tanganku dalam genggamannya, dan tersenyum begitu indah sekan tak ada yang terjadi dalam hidupnya.

"Kalau kakak bahagia, pergilah kak aku tak punya alasan untuk menahan kakak disini, kejar kebahgianmu jangan buat Ocha menunggu lagi terlalu lama. Doa ku bersamamu kak, percayalah aku akan baik-baik saja" lalu ia tersenyum lagi denganku.

"Terima kasih sayang, berjanjilah jangan menangis" ia hanya tersenyum dan ku cium tangannya dan pergi meninggalkannya sendiri di restoran itu.

Itulah terakhir kali ku lihat Eka setelah enam bulan lalu sejak aku pamit untuk keluar dari kehidupannya. Aku sibuk mengurus persiapan pernikahanku dengan Ocha setelah kami bertunangan dan sejak hari itu juga Eka tak pernah lagi muncul di butik atau di toko sepatuku. Akupun tak berniat untuk mencarinya lagi ku fikir itu jauh lebih baik untuk menjaga hubunganku dengan Ocha.

Detik-detik mendekati hari pernikahanku, hatiku begitu bahagia akhirnya terjawab semua mimpi dan harapan itu. Aku telah membeli rumah yang cukup mewah untuk Ocha dari hasil keringatku, rumah yang ku beri nama love house dirumah itu nanti akan ku bangun keluarga kecilku bersama calon ibu dari anak-anakku, calon pendampingku di surga. Ocha ya Ocha dialah cinta pertamaku. Hari ini, sengaja aku tak mengajaknya pergi bersamaku karena telah ku persiapkan kado istimewa untuknya disaat hari pernikahan kami yang sisa menghitung hari. Aku membelikannya sebuah mobil sedan mewah agar ia tak merasakan panas saat keluar dari istana kami, ku bawa mobil itu melenggang dengan elegan menuju Love house dan aku dikejutkan saat digarasi love houseku terparkir mobil sedan hitam dan yang ku tahu Ocha tak memberiku kabar kalau dia akan bermain kerumah ini bersama temannya. Aku bergegas memasuki love house dengan jutaan rasa penasaran, ku buka pelan-pelan kunci duplikat love houseku dan ku temukan Ocha dengan teman prianya bercumbu dan berpelukan dengan mesranya, bagaimana bisa ia melakukan itu saat pernikahan kami telah menuju titik akhir. Aku rasakan hatiku begitu hancur, tubuhku di kuasai amarah dan kebencian, untuk pertama kalinya tanganku memukul orang lain dan mulutku berbicara kasar dengan seorang wanita, wanita yang sangat ku cinta dengan segenap hatiku dan dengan sekuat tenaganya ia menghancurkan semuanya. Aku usir mereka keluar dari love houseku dan memintanya jangan pernah muncul dihadapanku lagi. Aku bagai tersambar petir yang menghanguskan tubuhku sampai bau hangusnya masih dapat ku cium. Sakit sangat sakit.

Aku bawah pulang mobil kado pernikahanku buat Ocha pergi menjauh dari love houseku, tak percaya kalau untuk kedua kalinya ia telah meluluh lantakkan kehidupanku hingga hancur berkeping-keping. Unuk pertama kalinya aku harus menagis karena cinta, ku laju mobil ku dengan kecepatan yang sangat tinggi pada jalan tol hingga akhirnya aku kehilangan kendali dan menghantam sebuah truk, mobil baru yang ku belikan buat Ocha terpental begitu jauh, ku rasakan darah segar bercucuran di kepalaku dan penglihatanku mulai gelap hingga aku tak tahu lagi.

***

Saat tersadar ku temukan tubuhku telah terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit, sekujur tubuhku begitu sakit dan ngilu, rasanya telah lama sekali tubuhku terbaring di atas tempat tidur ini. Aku pandangi satu persatu orang yang menungguiku, ku lihat mata Ummiku yang begitu bengkak karena menangis dan ditangannya tergantung tasbih yang ia beli saat pulang menunaikan ibadah Hajinya dan Abhiku yang terus menguatkan ummi lalu ku lihat dua wajah yang sangat tidak asing dalam ingatanku, aku berusaha mengingatnya dan aku tersadar dengan wajah dua orang itu, wajah itu yang pertama kali ku lihat saat memasuki rumah Eka. Sekuat tenaga ku panggil nama Eka, entah kenapa saat terluka seperti ini hanya dia yang mampu membuatku kembali berdiri.

"Istirahatlah dulu nak, kamu baru sadar dari koma hampir dua minggu. Eka nanti akan datang menemuimu. Cepatlah sembuh maka om dan tante akan mengantar Eka kesini" tebakanku benar meraka ayah dan ibu Eka.

Aku percaya Eka sulit untuk memaafkanku, ku rasa itu sangat wajar aku telah meninggalkannya demi Ocha, demi cinta pertamaku, demi seorang penghianat. Sampai saat kondisiku membaik Eka tak pernah mengunjungiku di rumah sakit ini, aku sangat merindukannya bahkan sangat membutuhkannya untuk menguatkanku kembali. Aku butuh semangatnya, butuh canda tawanya dan butuh senyuman imutnya. Aku sangat membutuhkannya berada disampingku.

Hari demi hari kondisiku makin membaik, dokter telah membolehkankaku untuk pulang kerumah besok dengan syarat aku tetap harus menjalanin pengobatan jalan. Ummi dan Abhi memeluk tubuhku, ku tahu hampir sebulan ini mereka lelah untuk menjagaku dan aku telah membuat mereka khawatir, membuat ummi menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun