Mohon tunggu...
Tony
Tony Mohon Tunggu... Administrasi - Asal dari desa Wangon

Seneng dengerin musik seperti Slip Away dari Shakatak.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Parantapa Murka (Bagian 2)

26 Agustus 2021   14:40 Diperbarui: 26 Agustus 2021   14:49 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harto membuka seragamnya, diambilnya dua belati yang disimpan di pinggangnya lalu salah satunya diberikan kepada si desertir. Harto ingin terlihat fair di mata anak buahnya, padahal itu hanya untuk menutupi perasaan groginya saat ditantang.

"Aku akan melubangi kepalamu seperti yang kau lakukan terhadap saudaraku tadi," si desertir berbicara dengan geram sambil membuang belati milik Harto, lalu mengambil belati miliknya sendiri.

"Kalau begitu hari ini benar-benar sangat istimewa," jawab Harto sambil memainkan belatinya, "Sebab dua anjing pengkhianat bisa aku bunuh sekaligus!"

Suara besi beradu terdengar nyaring, percikan api sesekali terlihat dari dua belati yang bertemu. Harto dan lawannya saling mengayunkan belatinya, lengah sedikit fatal akibatnya.

Sementara mereka sedang bertarung, Karta dan yang lainnya meninggalkan ruangan pembantaian itu sambil menyalakan korek api. Dibakarnya rumah itu oleh Karta. Meski basah karena kabut, rumah kayu yang sudah disiram bensin itu tetap saja dapat menyala dengan mudah. Api membumbung tinggi dengan gagahnya, meliuk-liuk membakar tanpa ampun rumah dan semua isinya. Api semakin besar menyala membakar mayat-mayat para desertir dan juga siap melahap dua orang yang sedang bertarung dibakar amarah mereka.

Mobil-mobil hitam itu sudah siap beranjak pergi. Karta yang duduk bersebelahan dengan Hartono menyaksikan ganasnya api menghanguskan sebuah rumah.

Tak lama kemudian dari kejauhan tampak seseorang melompat keluar dari jilatan api, seseorang yang memenangkan pertarungan dengan adu belati. Bagai berdiri dekat tungku yang amat besar, orang itu berteriak sambil mengangkat sesuatu dari tangan kirinya sementara tangan kanannya masih terlihat menggenggam belati.

Datang dengan tubuh yang mengeluarkan asap, orang itu berjalan bergabung dengan mobil yang pertama. Lampu mobil Karta yang ada dibelakang mobil pertama dengan jelas menyorot orang tersebut, si desertir yang mukanya setengah terbakar sedang menjinjing kepala Harto.

       

***

Matahari pagi belum sepenuhnya muncul, Rina yang bermalam di hotel sederhana di sekitar pantai Cilacap sedang sibuk mencari Ramos. Tidak ada pesan yang ditinggalkan di hotel oleh Ramos, Rina akhirnya menyusuri pantai sambil memperhatikan setiap kedai yang berderet di sekitar penginapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun