Mohon tunggu...
Tony
Tony Mohon Tunggu... Administrasi - Asal dari desa Wangon

Seneng dengerin musik seperti Slip Away dari Shakatak.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Parantapa Murka (Bagian 2)

26 Agustus 2021   14:40 Diperbarui: 26 Agustus 2021   14:49 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itulah sebabnya aku memilih tempat seperti ini," jawab Karta sambil mendekat ke kursi kayu bekas tempat duduk Hartono dan dengan tiba-tiba dibenturkannya ke tubuh Ratno. Sopir itu terkejut tidak kepayang. Tubuhnya langsung lunglai. Susah untuk bergerak melawan karena badannya yang gemuk. Ratno duduk kesakitan. Karta mematahkan salah satu kaki kursi yang dirasakannya paling kokoh, kemudian memukul kepala Ratno bertubi-tubi hingga batok kepalanya lembek seperti balon diisi penuh air.

Hartono tercengang melihat pembunuhan sopirnya itu di depan mata. Teknik membantai yang luar biasa, sebab tak setetespun darah keluar dari tubuh Ratno. 

        

***

Di depan bangunan kantor polisi Cilacap, Ramos duduk sendirian di samping pelataran parkir sambil berbicara dengan Untung melalui telepon genggamnya.

"Baik, jadi sekarang sudah jelas kalau Wahono dibunuh dan barang-barangnya masih utuh." Suara Untung terdengar dari handphone.

"Benar. Sepertinya si pembunuh tidak tertarik atau terlalu tolol dengan barang-barang milik Wahono," jawab Ramos.

"Suara rekaman itu, apakah kamu menangkap sesuatu?"

"Masih nihil, nanti aku pelajari kembali."

"Aku harap kamu fokus dengan ini, Ramos."

"Aku sedikit terhanyut. Setelah melihat foto-foto wajah Wahono dengan lehernya yang menganga berlubang, apakah kamu masih ingat saat kita bertemu dengan dia di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional? Aku masih ingat meski bertemu sebentar. Kamu waktu itu menyebut namaku dengan Ramos si anjing di depan Wahono. Tetapi Wahono hanya tertawa sambil meralat dengan sebutan Ramos si anjing yang baik. Wahono mengulang-ulang terus satu pesan yang sama waktu itu agar aku selalu dekat dengan kamu, apapun yang terjadi aku harus membantu Untung Winarto. Sampai sekarang aku belum paham maksudnya. Wahono pernah berkata bahwa untuk melawan monster kita harus bertindak seperti monster juga. Wahono melihat hal itu ada di dalam jiwaku, sesuatu yang jahat dan bengis ada di dalam diriku. Sebetulnya aku sedikit tersinggung. Sungguh, di mataku Wahono adalah pribadi yang cerdas dan benar-benar santun."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun