Mohon tunggu...
Tony
Tony Mohon Tunggu... Administrasi - Asal dari desa Wangon

Seneng dengerin musik seperti Slip Away dari Shakatak.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Parantapa Murka (Bagian 2)

26 Agustus 2021   14:40 Diperbarui: 26 Agustus 2021   14:49 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah semuanya sudah mendapatkan kertasnya masing-masing, tampak salah satu dari desertir itu kelihatan penasaran. Disentuhnya dan hendak dibaliknya kertas yang ada di depannya. Harto melihat kejadian itu dan langsung menghampiri. Senjata laras panjangnya yang sudah berperedam ditempelkan di kepala bagian belakang. Sebuah letupan terdengar lirih dari senjata milik Harto. Isi kepalanya meledak terburai mengotori meja makan, desertir itu mati seketika sebelum dia sempat membalikan kertasnya.               

"Camkan baik-baik," Karta mulai berbicara kembali, "Baca perintah yang ada dibalik kertas yang sudah dibagikan setelah korek api yang ada ditanganku ini menyala."

Karta mengambil sebungkus rokok dari dalam kantong jaketnya. Diambilnya rokok sebatang lalu menyalakan korek api. Lima orang yang bersenjata menjauhi meja makan mendekat ke Karta.

Tak lama kemudian didalam rumah itu terjadi kericuhan. Perintah yang tertera disetiap kertas itu sama bunyinya: BUNUH SEMUA YANG BERJAKET MERAH.

Semua yang mengenakan jaket merah saling menyerang dengan barang apa saja yang ada di sekitar mereka. Tampak salah satu dari mereka sudah terkapar tewas dengan leher ditusuk beberapa garpu makan, yang lainnya kepalanya remuk oleh benda keras dan banyak yang mati ditusuk dengan pisau dapur. Mereka saling membantai satu sama lain. Jeritan mereka yang tidak berdaya mirip suara babi yang hendak disembelih.

"Cukup!" Karta berteriak dengan nyaring.

Desertir yang berhasil mempertahankan nyawanya akhirnya berhenti bertarung. Yang masih berdiri tampak hanya enam orang, mereka yang terlibat kasus Poso.

Mereka diperintah Karta untuk segera masuk mobil, sementara tentaranya sibuk membuka tong-tong besar yang kemudian ditumpahkan keseluruh bangunan rumah dengan rata. Rumah kayu yang nyaman itu benar-benar bermandikan bensin.

"Tunggu!" salah satu desertir itu memandang Karta saat mereka hendak keluar rumah, "Ijinkan aku bertarung dengan anjing itu!"

Harto terperanjat kaget saat si desertir menunjuk ke dirinya.

Karta mengangguk pada Harto pertanda mengijinkannya untuk menerima tantangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun